MELANOMA MALIGNA

PENDAHULUAN

Tumor kulit merupakan salah satu dari beberapa jenis tumor pada manusia yang dapat diikuti secara dini karena dapat dilihat dan diraba sejak permulaan. Untuk tumor ganas sendiri, dilihat dari segi histopatologi, mempunyai struktur yang yang tidak teratur dengan diferensiasi sel dalam berbagai tingkatan pada kromatin, nukleus dan sitoplasma.

Umumnya pertumbuhannya cepat (kecuali basalioma) dengan gambaran mitosis yang abnormal. Tumor ganas bersifat ekspansif, iritatif sampai merusak jaringan di sekitarnya serta bermetastasis melalui pembuluh darah dan atau kelenjar getah bening.

Tumor ganas kulit dapat primer dan sekunder (metastasis dari alat-alat dalam). Jenis tumor kulit yang banyak ditemukan di seluruh dunia ialah:

1. Karsinoma sel basal

2. Karsinoma sel skuamosa

3. Melanoma maligna

ETIOLOGI

Faktor yang memegang peranan dalam neolpastik kulit:

A. Faktor luar (eksternal)

· Bahan kimia atau karsinogenik

· Radiasi sinar ultaviolet (terutama UVB 290-320 nm)

· Radiasi sinar-X

· Virus (misalnya HPV)

B. Faktor dalam (internal)

· Genetik

· Imunlogi

· Ras

· Jenis kelamin


DIAGNOSIS DINI KEGANASAN


Secara anamnesis terdapat:

· rasa gatal atau nyeri

· perubahan warna (gelap, pucat dan terang)

· ukurannya membesar

· pelebarannya tidak merata ke samping

· permukaannya tidak rata

· trauma

· perdarahan (walaupun karena trauma ringan)

· ulserasi atau infeksi yang sukar sembuh

Secara obyektif ditemukan:

· tidak berambut

· warna: suram (waxy, seperti mutiara, translusen) atau sama dengan kulit normal

· permukaan: tak rata, cekung di tengah dengan pinggiran agak menonjol linear atau papular)

· penyebaran warna tidak homogen

· skuamasi halus atau krusta yang melekat bila diangkat timbul perdarahan

· sering timbul tunas yang sifatnya seperti tumor induknya

· perabaan berbeda-beda sesuai dengan keadaan

· diameter terpanjang membentuk sudut dengan garis RSTL (Rest skin tension line)

· telengiektasis kadang-kadang ditemukan mulai dari pinggir ke arah sentral

(Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, FKUI)

Refrat berikut akan membahas tentang Melanoma Maligna.

MELANOMA MALIGNA

Melanoma is a malignancy of pigment-producing cells (melanocytes) located predominantly in the skin, but also found in the eyes, ears, GI tract, leptomeninges, and oral and genital mucous membranes. Melanoma accounts for only 4% of all skin cancers; however, it causes the greatest number of skin cancer–related deaths worldwide. Early detection of thin cutaneous melanoma is the best means of reducing mortality.

(emedcine. Susan M Sweeter. 23 January 2008)

Melanoma maligna merupakan tumor ganas kulit yang berasal melanosit kulit. Biasanya menyebabkan metastasis yang sangat luas dalam waktu singkat, tidak saja melalui aliran limfe ke kelenjar regional, tetapi juga menyebar melalui aliran darah kea lat-alat dalam, serta dapat menyebabkan kematian.

(Graham, R. 2005)

MELANOSIT

Normal melanocytes are found in the basal layer of the epidermis, i.e. the bottom part of the outer layer of the skin. The melanocytes produce a protein called melanin, which protects the skin by absorbing ultraviolet (UV) radiation. Melanocytes are found in equal numbers in black and in white skin, but the melanocytes in black skin produce much more melanin. People with dark brown or black skin are very much less likely to be damaged by UV radiation than those with white skin. (DermNet New Zealand, 21 January 2009)

EPIDEMIOLOGI

Melanoma maligna jarang ditemukan, merupakan 1-3 % dari seluruh keganasan. Insiden pada wanita hampir sama dengan laki-laki dengan frekuensi tertinggi ditemukan pada umur (30-60 tahun), jarang pada anak.

ETIOPATOLOGI

· Belum diketahui pasti

· Iritasi yang berulang pada tahi lalat (Nevus Pigmentosus) 50 %

FAKTOR RESIKO

· Usia 35-55 tahun

· Riwayat keluarga yang menderita melanoma

· Rambut merah atau pirang

· Adanya tahi lalat atipik multipel (tanda lahir)

· Terdapat keratosis aktinik pre-kanker

· Frekels (bintik-bintik coklat)

· Mengalami serangan lepuhan akibat luka bakar sinar matahari sebanyak 3 kali atau lebih sebelum berusia 20 tahun.

(Current Surgical Diagnosis and Treatment. 11th Edition)

GEJALA KLINIS

Melanoma bisa berawal sebagai pertumbuhan kulit baru yang kecil dan berpigmen pada kulit yang normal. Paling sering tumbuh pada kulit yang terpapar sinar matahari, tetapi hampir separuh kasus tumbuh dari tahi lalat yang berpigmen. Melanoma mudah menyebar ke bagian tubuh yang jauh (metastase), dimana akan terus tumbuh dan menghancurkan jaringan. (Graham, R. 2005).

Semakin sedikit pertumbuhan melanoma ke dalam kulit, maka semakin besar peluang untuk menyembuhkannya. Jika melanoma telah tumbuh jauh ke dalam kulit, akan lebih mungkin menyebar melalui pembuluh getah bening dan pembuluh darah dan bisa menyebabkan kematian dalam beberapa bulan atau tahun. (Graham, R. 2005)

Perjalanan penyakit melanoma bervariasi dan tampaknya dipengaruhi oleh kekuatan pertahanan oleh sistem kekebalan tubuh. (Suriadiredja, 2006). Beberapa penderita yang keadaan kesehatannya baik, bisa bertahan hidup selama bertahun-tahun meskipun melanomanya telah menyebar. (Suriadiredja, 2006)

Tanda-tanda terbentuknya melanoma:

· Bintik atau tahi lalat berpigmen (terutama yang berwarna hitam atau biru tua) yang semakin membesar

· Perubahan warna pada tahi lalat, terutama pigmentasi merah, putih dan biru di kulit sekelilingnya

· Perubahan pada kulit diatas bintik yang berpigmen, misalnya perubahan konsistensi atau bentuk

· Tanda-tanda peradangan pada kulit di sekitar tahi lalat. (Graham, R. 2005)

TIPE MELANOMA MALIGNA

1. Superficial Spreading Melanoma Maligna (SSMM)

2. Lentigo Melanoma Maligna (LMM)

3. Nodular Melanoma Maligna (NMM)

4. Acral lentiginous Melnoma Maligna (ALMM)

1. Superficial Spreading Melanoma Maligna

  • The most common presentation, 70% of all melanomas.
  • Occur in sun-exposed areas of the body or in individuals with multiple dysplastic-nevi.
  • Generally arise in preexisting nevi.
  • Occur at any age after puberty.
  • It is usually flat and irregular in shape and color, with varying shades of black and brown.
  • Earlier stages : radial pattern.
  • Later stages : vertical growth pattern.
  • Most common incaucasians.
  • Early detection leads to 95% 5 year survival rate.

(Current Surgical Diagnosis and Treatment. 11th Edition)

Umumnya kelainan berupa bercak dengan ukuran beberapa mm sampai beberapa cm dengan warna bervariasi (waxy, kehitaman, kecoklatan, putih, biru), tak teratur, berbatas tegas dengan sedikit penonjolan di permukaan kulit. Bentuk dini dapat berubah dalam hal :

· ukuran : umumnya membesar

· warna : lebih gelap atau pucat

· gatal, iritasi atau nyeri

· infeksi dengan cairan sero-purulen

· perdarahan, ulserasi atau krusta

Umumnya pada wanita ditemukan lebih banyak di ekstremitas bawah.

(Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, FKUI)


2. Lentigo Melanoma Maligna (LMM)

· Initially lentigo maligna (Hutchinson’s freckle).

· 4-10% of all melanomas.

· Less propensity to metastasize to the other subtype.

· Occurs in elderly.

· Sun damage skin on the face, neck and arms.

· Very convulted borders.

· Long horizontal growth phase.

· Starts flat and pigmented, becoming nodular on invasion (after years).

· Late presentation makes it difficult to excise.

(Current Surgical Diagnosis and Treatment. 11th Edition)


Disebut juga Hutchinson’s melanotic freckle atau prekanker Dubreilh. Merupakan 14%. Tumor ini kadang-kadang meliputi bagian yang agak luas di muka. Bentuk plakat umumnya ini umumnya berbatas tegas, warnanya coklat-kehitaman serta tidak homogen, bentuk tidak teratur. Pada bagian tertentu dapat tumbuh nodus yang berbatas tegas setelah bertahun-tahun.

(Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, FKUI)


3. Nodular Melanoma Maligna (NMM)

· 10-15% of all melanomas.

· Raised and nodular.

· Occasional ulceration.

· Pigmentation is generally heavy, though occasionally there is no pigmentation - Amelanotic malignant melanoma.

· NMM infiltrates the epidermis fast.

· Tumour cells either epitheliod or spindle cell.

· Mitotic figures in the dermis component of lesions confirm malignancy.

(Current Surgical Diagnosis and Treatment. 11th Edition)

Nodus yang ditemukan biasanya biru-kehitaman dengan batas tegas dan serta mempunyai variasi bentuk :

· Bentuk yang terbatas di epidermal dengan permukaan licin.

· Nodus yang menonjol di permukaan kulit dengan bentuk yang tidak teratur.

· Bentuk eksofitik disertai ulserasi.

· Umumnya ditemukan di daerah telapak kaki.

(Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, FKUI)

4. Acral lentiginous Melnoma Maligna (ALMM)

· Palmar-plantar-mucosal melanoma (Not occur in sun-expossed areas).

· 3 - 5% of all melanomas.

· Common in Asian (2-8 %) and African (30-60 %) populations.

· Initially flat with hazy margins and pigmentation.

· Eventually becomes raised and nodular.

· ALMM grows vertically and metastasises early.

· Epidermis appears hyperplasic, with atypical melanocytes present on the basal aspect.

· Mitotic figures commonly seen.

(Current Surgical Diagnosis and Treatment. 11th Edition)

STAGING

· Clark’s staging (anatomic extent)

· Breslow’s thickness (vertical depth)

· American Joint Committee on Cancer (modified TNM)

· Clinical Identification (ABCD)


Clark’s Staging (anatomic extent)

Level

Description

I

Sel-sel melanoma terletak intra-epidermal

II

Invasi sel melanoma sampai papila dermis

III

Invasi sel melanoma sampai perbatasan papila dermis dan pars retikularis dermis

IV

Invasi sel melanoma sampai pars retikularis dermis (jaringan ikat kolagen dermis)

V

Invasi sel melanoma sampai jaringan subkutan

Breslow’s thickness (vertical depth)

Breslow’s Thickness

0.75 mm or less

0.76 mm to 1.50 mm

1.51 mm to 4.0 mm

4.0 mm and greater

AJCC Staging System For Melanoma

Stage

Description

IA

Lokal, tebal <>

IB

Lokal, tebal 0,76-1,5 mm, tidak ada nodul atau metasase sistemik (T2N0M0)

IIA

Lokal, tebal 1,5-4 mm, tidak ada nodul atau metasase sistemik (T3N0M0)

IIB

Lokal, tebal > 4 mm, tidak ada nodul atau metasase sistemik (T4N0M0)

III

Metastase regional (TxN0M0)

IV

Metastase sistemik (TxN0M0)

Clinical Identification (ABCD)

Asimetris : Bentuk tidak simetris atau tidak bulat

Border : Tepi tidak beraturan

Colour : Hitam, coklat, biru, merah, abu-abu atau putih

Diameter : > 5 mm

(Current Surgical Diagnosis and Treatment. 11th Edition)

DIAGNOSIS

· Riwayat Penyakit

· Pemeriksaan fisik

· Biopsi : insisi atau eksisi

· Lymph node biopsy: Fine needle aspiration (FNSB), surgical excision.

TREATMENT

· Operasi Eksisi

· Lymph node dissection

· Chemotherapy

· Radiotherapy

· Immunotherapy

1. Operasi Eksisi

Breslow Thickness

Batas Eksisi

0.75 mm or less

1 cm

0.76 to 4.0 mm

2 cm

4.0 mm and greater

3 to 5 cm

2. Diseksi Limfonodi

· Lymphoscintigraphy untuk mengidentifikasi cairan nodus.

3. Kemoterapi

· Topical atau sistemik.

· 5-fluorouracil, doxorubicin, atau cisplatin.

· Mencegah penyebaran tumor dan terkadang mengurangi gejala.

· Tidak dapat mengobati melanoma yang sudah metastasis.

· Efek samping: imunodefisiensi.

4. Radioterapi

  • Menggunakan energi tinggi dengan dosis rendah untuk melanoma dengan kedalaman yang bervariasi.
  • Teletherapy (external source), untuk terapi jangka panjang dan efektif sebagai paliatif.
  • Sebagai terapi adjuvant.

5. Imunoterapi

  • Non-spesifik stimulan:

BCG, Corynebacterium parvum, levimasole.

  • Interferon a-2b gives a 24% improvement in 5 YSR
  • Vaccines:

- Viral oncosylates

- Gangliosides

PROGNOSIS

Prognosis melanoma maligna sangat bervariasi. Ditentukan oleh beberapa factor, yaitu :

  1. Sifat Tumor
  2. Stadium klinis
  3. Lokasi metastasis
  4. Faktor penderita

Bila tumor kurang dari 1,5 mm pada waktu dilakukan eksisi pertama, maka kemungkinan bertahan selama 5 tahun sekitar 90%; bila kedalaman lebih dari 3,5 mm, maka angka tersebut akan turun sampai 40% atau kurang. (Graham, R. 2005)


DAFTAR PUSTAKA

Graham, R. 2005. Lecture Notes on Dermatologi. Ed. 8. Jakarta: Erlangga

Doherty, Gerard M. and Way, Lawrence W. 1994. Current Surgical Diagnosis & Treatment. 11th Edition. India: Mc Graw Hill.

Djuanda, Prof. Dr. dr. Adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed.5. Jakarta: FKUI.

www.emedcine. Susan M Sweeter MD. Malignant Melanoma. 23 Januari 2008

www. Medline Plus Medical. Malignant Melanoma.

www. American Academy Of Family Phisicians. Diagnosis and Managemen of Melanoma Maligna.

www. Wikipedia. Melanoma.2006. Mengenal Kanker Kulit. Artikel. (http://www.dharmais.co.id/)

READ MORE - MELANOMA MALIGNA

TRAUMA SERVIKAL

Cedera medula spinalis akut merupakan kondisi yang kompleks, terutama mengenai kelompok usia muda. Cedera medula spinalis pada umumnya diklasifikasikan sebagai cedera komplet dan cedera inkomplet. Central cord syndrome merupakan bentuk cedera inkomplet yang paling sering dijumpai. Tujuan utama terapi adalah meningkatkan fungsi motorik dan sensorik pasien. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa pemberian steroid dosis tinggi meminimalkan efek sekunder cedera medula spinalis. Pasien dengan cedera medula spinalis komplet hanya memiliki kemungkinan 5% untuk membaik. Pada cedera komplet yang menetap lebih dari 72 jam, maka hampir tidak ada kemungkinan untuk kembali pulih. Sindroma cedera inkomplet memiliki prognosis yang jauh lebih baik. Penyebab kematian utama pada pasien dengan cedera medula spinalis adalah pneumonia, emboli paru, dan septikemia.

A. Pendahuluan

Cedera medula spinalis merupakan salah satu penyebab utama disabilitas neurologis akibat trauma. Pusat Data Nasional Cedera Medula Spinalis (The National Spinal Cord Injury Data Research Centre) memperkirakan ada 10.000 kasus baru cedera medula spinalis setiap tahunnya di Amerika Serikat. Angka insidensi paralisis komplet akibat kecelakaan diperkirakan 20 per 100.000 penduduk, dengan angka tetraplegia 200.000 pertahunnya. Kecelakaan kendaraan bermotor merupakan penyebab utama cedera medula spinalis.

Cedera medula spinalis dapat dibagi menjadi komplet dan tidak komplet berdasarkan ada/tidaknya fungsi yang dipertahankan di bawah lesi. Pembagian ini penting untuk meramalkan prognosis dan penanganan selanjutnya. Teknik yang paling sering digunakan adalah pemeriksaan sacral sparing. Data di Amerika Serikat menunjukkan urutan frekuensi disabilitas neurologis karena cedera medula spinalis traumatika sbb : (1) tetraplegi inkomplet (29,5%), (2) paraplegi komplet (27,3%), (3) paraplegi inkomplet (21,3%), dan (4) tetraplegi komplet (18,5%).

B. Klasifikasi

Cedera medula spinalis dapat dibagi menjadi komplet dan tidak komplet berdasarkan ada/tidaknya fungsi yang dipertahankan di bawah lesi.Terdapat 5 sindrom utama cedera medula spinalis inkomplet menurut American Spinal Cord Injury Association yaitu :

(1) Central Cord Syndrome,

(2) Anterior Cord Syndrome,

(3) Brown Sequard Syndrome,

(4) Cauda Equina Syndrome, dan

(5) Conus Medullaris Syndrome.

Lee (6) menambahkan lagi sebuah sindrom inkomplet yang sangat jarang terjadi yaitu Posterior Cord Syndrome.

Central Cord Syndrome (CCS) biasanya terjadi setelah cedera hiperekstensi. Sering terjadi pada individu di usia pertengahan dengan spondilosis cervicalis. Predileksi lesi yang paling sering adalah medula spinalis segmen servikal, terutama pada vertebra C4-C6. Sebagian kasus tidak ditandai oleh adanya kerusakan tulang. Mekanisme terjadinya cedera adalah akibat penjepitan medula spinalis oleh ligamentum flavum di posterior dan kompresi osteofit atau material diskus dari anterior. Bagian medula spinalis yang paling rentan adalah bagian dengan vaskularisasi yang paling banyak yaitu bagian sentral. Pada Central Cord Syndrome, bagian yang paling menderita gaya trauma dapat mengalami nekrosis traumatika yang permanen. Edema yang ditimbulkan dapat meluas sampai 1-2 segmen di bawah dan di atas titik pusat cedera. Sebagian besar kasus Central Cord Syndrome menunjukkan hipo/isointens pada T1 dan hiperintens pada T2, yang mengindikasikan adanya edema.

Gambaran khas Central Cord Syndrome adalah kelemahan yang lebih prominen pada ekstremitas atas dibanding ektremitas bawah. Pemulihan fungsi ekstremitas bawah

biasanya lebih cepat, sementara pada ekstremitas atas (terutama tangan dan jari) sangat sering dijumpai disabilitas neurologik permanent. Hal ini terutama disebabkan karena pusat cedera paling sering adalah setinggi VC4-VC5 dengan kerusakan paling hebat di medula spinalis C6 dengan ciri LMN. Gambaran klinik dapat bervariasi, pada beberapa kasus dilaporkan disabilitas permanen yang unilateral.

C. Pemeriksaan neurologi

Pada kasus-kasus mielopati, pemeriksaan status neurologi lokal merupakan hal yang sangat penting. Pemeriksaan status neurologis lokalis pada pasien cedera medula spinalis mengacu pada panduan dari American Spinal Cord Injury Association/ AISA. Klasifikasi dibuat berdasar rekomendasi AISA, A: untuk lesi komplet, sampai dengan E: untuk keadaan normal. Cermin Dunia Kedokteran No. 154, 2007.

D. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang sebaiknya dikerjakan meliputi pemeriksaan laboratorium darah dan pemeriksaan radiologis. Dianjurkan melakukan pemeriksaan 3 posisi standar

(anteroposterior, lateral, odontoid) untuk vertebra servikal, dan posisi AP dan lateral untuk vertebra thorakal dan lumbal. Pada kasus-kasus yang tidak menunjukkan kelainan radiologis, pemeriksaan lanjutan dengan CT Scan dan MRI sangat dianjurkan. Magnetic Resonance Imaging merupakan alat diagnostik yang paling baik untuk mendeteksi lesi di medula spinalis akibat cedera/trauma.

E. Biomekanika

Biomekanika trauma utama di segmen thorakal medula spinalis adalah akibat hiperfleksi, sementara fleksi dan hiperekstensi merupakan gambaran utama cedera di segmen servikal medula spinalis.

F. Tatalaksana

Terapi pada cedera medula spinalis terutama ditujukan untuk meningkatkan dan mempertahankan fungsi sensoris dan motoris. Pasien dengan cedera medula spinalis komplet hanya memiliki peluang 5% untuk kembali normal. Lesi medula spinalis komplet yang tidak menunjukkan perbaikan dalam 72 jam pertama, cenderung menetap dan prognosisnya buruk. Cedera medula spinalis tidak komplet cenderung memiliki prognosis yang lebih baik. Apabila fungsi sensoris di bawah lesi masih ada, maka kemungkinan untuk kembali berjalan adalah lebih dari 50%.

Metilprednisolon merupakan terapi yang paling umum digunakan untuk cedera medula spinalis traumatika dan direkomendasikan oleh National Institute of Health di Amerika Serikat. Namun demikian penggunaannya sebagai terapi utama cedera medula spinalis traumatika masih dikritisi banyak pihak dan belum digunakan sebagai standar terapi.

Dalam Cochrane Library menunjukkan bahwa metilprednisolon dosis tinggi merupakan satu-satunya terapi farmakologik yang terbukti efektif pada uji klinik tahap 3 sehingga dianjurkan untuk digunakan sebagai terapi cedera medula spinalis traumatika. Tindakan rehabilitasi medik merupakan kunci utama dalam penanganan pasien cedera medula spinalis. Fisioterapi, terapi okupasi, dan bladder training pada pasien ini dikerjakan seawal mungkin. Tujuan utama fisioterapi adalah untuk mempertahankan ROM (Range of Movement) dan kemampuan mobilitas, dengan memperkuat fungsi otot-otot yang ada. Pasien dengan Central Cord Syndrome / CSS biasanya mengalami pemulihan kekuatan otot ekstremitas bawah yang baik sehingga dapat berjalan dengan bantuan ataupun tidak.

Terapi okupasional terutama ditujukan untuk memperkuat dan memperbaiki fungsi ekstremitas atas, mempertahankan kemampuan aktivitas hidup sehari-hari/ activities of daily living (ADL). Pembentukan kontraktur harus dicegah seoptimal mungkin. Penggunaan alat bantu disesuaikan dengan profesi dan harapan pasien.

Penelitian prospektif selama 3 tahun menunjukkan bahwa suatu program rehabilitasi yang terpadu (hidroterapi, elektroterapi, psikoterapi, penatalaksanaan gangguan kandung kemih dan saluran cerna) meningkatkan secara signifikan nilai status fungsional pada penderita cedera medula spinalis.

G. Prognosis

Sebuah penelitian prospektif selama 27 tahun menunjukkan bahwa rata-rata harapan hidup pasien cedera medula spinalis lebih rendah dibanding populasi normal. Penurunan rata-rata lama harapan hidup sesuai dengan beratnya cedera. Penyebab kematian utama adalah komplikasi disabilitas neurologik yaitu : pneumonia, emboli paru, septikemia, dan gagal ginjal.

Penelitian Muslumanoglu dkk terhadap 55 pasien cedera medula spinalis traumatik (37 pasien dengan lesi inkomplet) selama 12 bulan menunjukkan bahwa pasien dengan cedera medula spinalis inkomplet akan mendapatkan perbaikan motorik, sensorik, dan fungsional yang bermakna dalam 12 bulan pertama. Penelitian Bhatoe dilakukan terhadap 17 penderita medula spinalis tanpa kelainan radiologik (5 menderita Central Cord Syndrome). Sebagian besar menunjukkan hipo/isointens pada T1 dan hiperintens pada T2, mengindikasikan adanya edema. Seluruh pasien dikelola secara konservatif, dengan hasil: 1 orang meninggal dunia, 15 orang mengalami perbaikan, dan 1 orang tetap tetraplegia. Pemulihan fungsi kandung kemih baru akan tampak pada 6 bulan pertama pasca trauma pada cedera medula spinalis traumatika, Curt dkk. mengevaluasi pemulihan fungsi kandung kemih 70 penderita cedera medula spinalis; hasilnya menunjukkan bahwa pemulihan fungsi kandung kemih terjadi pada 27% pasien pada 6 bulan pertama. Skor awal ASIA berkorelasi dengan pemulihan fungsi kandung kemih. Cermin Dunia Kedokteran No. 154, 2007 41

H. Kesimpulan

Cedera medula spinalis merupakan salah satu penyebab utama disabilitas neurologis akibat trauma. Pada kasus-kasus mielopati, pemeriksaan status neurologi lokal merupakan hal yang sangat penting. Terapi cedera medula spinalis terutama ditujukan untuk meningkatkan dan mempertahankan fungsi sensoris dan motoris. Cedera medula spinalis tidak komplet cenderung memiliki prognosis yang lebih baik.

READ MORE - TRAUMA SERVIKAL