I. PROSES PEMBENTUKAN JANIN
A. Spermatogenesis
Peralihan dari bakal sel kelamin yang aktif membelah ke sperma yang masak serta menyangkut berbagai macam perubahan struktur yang berlangsung secara berurutan. Spermatogenesis berlangsung pada tubulus seminiferus dan diatur oleh hormone gonadotropin, FSH dan testosterone (Wildan yatim, 1990).
Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :
1. Spermatositogenesis
Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan menjadi spermatosit primer.
Spermatogonia
Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi (membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan berkembang menjadi spermatosit primer.
Spermatosit Primer
Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder.
2. Tahapan Meiosis
Spermatosit I (primer) menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan segera mengalami meiosis I yang kemudian diikuti dengan meiosis II.
Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang lengkap terpisah, tapi masih berhubungan sesame lewat suatu jembatan (Interceluler bridge). Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.
3. Tahapan Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa empat spermatozoa masak. Dua spermatozoa akan membawa kromosom penentu jenis kelamin wanita “X”. Apabila salah satu dari spermatozoa ini bersatu dengan ovum, maka pola sel somatik manusia yang 23 pasang kromosom itu akan dipertahankan. Spermatozoa masak terdiri dari :
1. Kepala (caput), tidak hanya mengandung inti (nukleus) dengan kromosom dan bahan genetiknya, tetapi juga ditutup oleh akrosom yang mengandung enzim hialuronidase yang mempermudah fertilisasi ovum.
2. Leher (servix), menghubungkan kepala dengan badan.
3. Badan (corpus), bertanggungjawab untuk memproduksi tenaga yang dibutuhkan untuk motilitas.
4. Ekor (cauda), berfungsi untuk mendorong spermatozoa masak ke dalam vas defern dan ductus ejakulotorius.
B. Oogenesis
1. Sel-Sel Kelamin Primordial
Sel-sel kelamin primordial mula-mula terlihat di dalam ektoderm embrional dari saccus vitellinus, dan mengadakan migrasi ke epitelium germinativum kira-kira pada minggu ke 6 kehidupan intrauteri. Masing-masing sel kelamin primordial (oogonium) dikelilingi oleh sel-sel pregranulosa yang melindungi dan memberi nutrien oogonium dan secara bersama-sama membentuk folikel primordial.
2. Folikel Primordial
Folikel primordial mengadakan migrasi ke stroma cortex ovarium dan folikel ini dihasilkan sebanyak 200.000. Sejumlah folikel primordial berupaya berkembang selama kehidupan intrauteri dan selama masa kanak-kanak, tetapi tidak satupun mencapai pemasakan. Pada waktu pubertas satu folikel dapat menyelesaikan proses pemasakan dan disebut folikel de Graaf dimana didalamnya terdapat sel kelamin yang disebut oosit primer.
3. Oosit Primer
Inti (nukleus) oosit primer mengandung 23 pasang kromosom (2n). Satu pasang kromosom merupakan kromosom yang menentukan jenis kelamin, dan disebut kromosom XX. Kromosom-kromosom yang lain disebut autosom. Satu kromosom terdiri dari dua kromatin. Kromatin membawa gen-gen yang disebut DNA.
4. Pembelahan Meiosis Pertama
Meiosis terjadi di dalam ovarium ketika folikel de Graaf mengalami pemasakan dan selesai sebelum terjadi ovulasi. Inti oosit atau ovum membelah sehingga kromosom terpisah dan terbentuk dua set yang masing-masing mengandung 23 kromosom. Satu set tetap lebih besar dibanding yang lain karena mengandung seluruh sitoplasma, sel ini disebut oosit sekunder. Sel yang lebih kecil disebut badan polar pertama. Kadang-kadang badan polar primer ini dapat membelah diri dan secara normal akan mengalami degenerasi.
Pembelahan meiosis pertama ini menyebabkan adanya kromosom haploid pada oosit sekunder dan badan polar primer, juga terjadi pertukaran kromatid dan bahan genetiknya. Setiap kromosom masih membawa satu kromatid tanpa pertukaran, tetapi satu kromatid yang lain mengalami pertukaran dengan salah satu kromatid pada kromosom yang lain (pasangannya). Dengan demikian kedua sel tersebut mengandung jumlah kromosom yang sama, tetapi dengan bahan genetik yang polanya berbeda.
5. Oosit Sekunder
Pembelahan meiosis kedua biasanya terjadi hanya apabila kepala spermatozoa menembus zona pellucida oosit (ovum). Oosit sekunder membelah membentuk ovum masak dan satu badan polar lagi, sehingga terbentuk dua atau tiga badan polar dan satu ovum matur, semua mengandung bahan genetik yang berbeda. Ketiga badan polar tersebut secara normal mengalami degenerasi. Ovum yang masak yang telah mengalami fertilisasi mulai mengalami perkembangan embrional.
II. PROSES KEHAMILAN
A. Fertilisasi
Menurut Sri Sudarwati (1990) fertilisasi merupakan proses peleburan dua macam gamet sehingga terbentuk suatu individu baru dengan sifat genetic yang berasal dari kedua parentalnya. Sedangkan menurut Wildan Yatim (1990) fertilisasi merupakan masuknya spermatozoa kedalam ovum. Setelah spermatozoa masuk, ovum dapat tumbuh menjadi individu baru. Fertilisasi atau pembuahan adalah proses penyatuan gamet pria dan wanita yang terjadi di daerah ampula tuba falopii. Bagian ini adalah bagian terluas pada saluran telur dan teretak dengan ovarium. Spermatozoa dapat bertahan hidup di dalam saluran reproduksi wanita selama kira-kira 24 jam. Spermatozoa bergerak dengan cepat dari vagina ke rahim dan selanjutnya masuk ke dalam saluran telur. Pergerakan naik ini disebabkan oleh kontraksi otot-otot uterus dan tuba. Perlu diingat bahwa pada saat sampai di saluran kelamin wanita, spermatozoa belum mampu membuahi osit. Mereka harus mengalami proses kapasitasi dan reaksi akrosom.
Kapasitasi adalah suatu masa penyesuaian di dalam saluran reproduksi wanita yang pada manusia berlangsung kira-kira 7 jam. Selama waktu itu, suatu gelembung glikoprotein dari protein-protein plasma semen dibuang dari selaput plasma yang membungkus daerah akrosom spermatozoa. Hanya sperma yang menjalani kapasitasi yang dapat melewati sel korona dan mengalami reaksi akrosom.
Reaksi akrosom terjadi setelah penempelan zona pelusida dan diinduksi oleh protein-protein zona. Reaksi ini berpuncak pada pelepasan enzim-enzim yang diperlukan untuk menembus zona pelusida antara lain akrosin dan zat serupa tripsin. Fase fertilisasi mencakup fase 1 (penembusan korona radiata), fase 2 (penembusan zona pelusida) dan fase 3 (fusi oosit dan membran plasma)
Tahap 1 Penembusan Korona Radiata
Dari 200 – 300 juta sperma yang dicurahkan ke dalam saluran kelamin wanita hanya 300 sampai 500 yang mencapai tempat pembuahan. Hanya satu diantaranya yang diperlukan untuk pembuahan, dan diduga bahwa sperma-sperma lainnya membantu sperma yang akan dibuahi untuk menembus sawar-sawar yang melindungi gamet wanita. Sperma yang mengalami kapasitasi dengan bebas menembus sel korona.
Tahap 2 Penembusan Zona Pelusida
Zona pelusida adalah sebuah perisai glikoprotein disekeliling telur yang mempermudah dan mempertahankan pengikatan sperma dan menginduksi reaksi akrosom. Pelepasan enzim-enzim akrosom memungkinkan sperma menembus zona pelusida sehingga akan bertemu dengan membran plasma oosit. Permeabilitas zona pelusida berubah ketika kepala sperma menyentuh permukaan oosit. Hal ini mengakibatkan pembebasan enzim-enzim lisosom dari granul-granul korteks yang melapisi membran plasma oosit. Pada gilirannya enzim-enzim ini menyebabkan perubahan sifat zona pelusida (reaksi zona) untuk menghambat penetrasi sperma dan membuat tak aktif tempat-tempat reseptor bagi spermatozoa pada permukaan zona yang spesifik spesies. Spermatozoa lain ternyata bisa menempel di zona pelusida tetapi hanya satu yang terlihat mampu menembus oosit.
Tahap 3 Penyatuan Oosit dan membran sel sperma
Segera setelah spermatozoa menyentuh membran sel oosit, kedua selput plasma sel tersebut menyatu. Karena selaput plasma yang membungkus kepala akrosom telah hilang pada saat reaksi akrosom, penyatuan yang sebenarnya terjadi adalah antara selaput oosit dan selaput yang meliputi bagian belakang kepala sperma. Pada manusia, baik kepala dan ekor spermatozoa memasuki sitoplasma oosit, tetapi selaput plasma tertinggal di permukaan oosit.
Segera setelah spermatozoa memasuki oosit, sel telur menanggapinya dengan cara yang berbeda.
1. Reksi kortikal dan zona. Sebagai akibat terlepasnya butir-butir kortikal oosit (a) selaput oosit tidak dapat ditembus lagi oleh spermatozoa lainnya dan (b) zona pelusida mengubah struktur dan komposisinya untuk mencegah penambatan dan penetrasi sperma. Dengan cara ii terjadinya polispermi dicegah.
2. Melanjutkan pembelahan mitosis kedua. Oosit menyelesaikan pembelahan meiosis keduanya segera setelah ada spermatozoa yang masuk. Salah satu dari sel anaknya hampir tidak mendapatkan sitoplasma dan dikenal sebagai badan kutub kedua, sel anak lainnya adalah oosit definitif. Kromosomnya (22+X) tersusun didalam sebuah inti vesikuler yang dikenal sebagai pronukleus wanita
3. Penggiatan metabolik sel telur. Faktor penggiat diperkirakan dibawa oleh spermatozoa. Penggiatan setelah penyatuan diperkirakan untuk mengulangi kembali peristiwa permulaan seluler dan molekuler yang berhubungan dengan awal embriogenesis.
Sementara itu spermatozoa bergerak terus maju hingga dekat sekali dengan pronukleus wanita. Intinya embengkak dan membentuk pronukleus pria sedangkan ekornya terlepas dan berdegenerasi. Secara morfologis, pronukleus wanita dan pria tidak dapat dibedakan dan sesudah itu mereka saling rapat erat dan kehilangan selaput inti mereka. Selama masa pertumbuhan, baik pronukleus pria maupun wanita (keduanya haploid), masing-masing pronukleus harus menggandakan DNA-nya. Jika tidak, masing-masing sel dalam zigot tahap dua sel tersebut akan mempunyai separuh dari jumlah DNA normal. Segera setelah sintesis DNA, kromosom tersusun dalam gelendong untuk mempersiapkan pembelahan mitosis yang normal. 23 kromosom ibu dan 23 kromosam ayah (rangkap) membelah memanjang pada sentromer dan kromatid-kromatid yang berpasangan tersebut saling bergerak ke arah kutub yang berlawanan, sehingga menyiapkan sel zigot yang masing-masing mempunyai jumlah kromosom dan DNA yang normal. Sementara kromatid-kromatid berpasangan bergerak ke arah kutub yang berlawanan, munculah satu alur yang dalam pada permukaan sel yang berangsur-angsur membagi sitoplasma menjadi 2 bagaian.
Hasil utama pembuahan adalah :
1. Pengembalian menjadi jumlah kromosom diploid lagi, separuh dari ayah dan separuhnya dari ibu. Oleh karena itu, zigot mengandung kombinasi kromosom baru yang berbeda dari kedua orang tuanya.
2. Penentuan jenis kelamin individu baru. Spermatozoa pembawea X akan menghasilkan satu mudigah wanita (XX), dan spermatozoa pembawa Y menghasilkan satu mudigah pria (XY). Oleh karena itu, jenis kelamin kromosom mudigah tersebut ditentukan saat pembuahan
3. Dimulainya pembelahan. Tanpa pembuahan, oosit biasanya akan berdegenerasi 24 jam setelah ovulasi.
Setelah zigot mencapai tingkat dua sel, ia menjalani serangkaian pembelahan mitosis, mengakibatkan bertambahnya jumlah sel dengan cepat. Sel yang menjadi semakin kecil pada setiap pembelahan ini dikenal sebagai blastomer. Sampai pada tingkat delapan sel, sel-selnya membentuk sebuah gumpalan bersusun longgar. Tetapi, setelah pembelahan ketiga, hubungan antara blastomer semkin rapat, sehingga membentuk sebuah bola sel yang padat yang disatukan oleh persambungan yang kuat. Proses ini yang dikenal sebagai pemadatan, memisahkan sel-sel bagian dalam yang saling berkomunikasi secara ekstensif dengan gap junction dari sel-sel bagain luar. Kira-kira 3 hari setelah pembuahan, sel-sel embrio yang termampatkan tersebut membelah lagi membentuk morula dengan 16 sel. Sel-sel bagian dalam morula merupakan massa sel dalam, sedangkan sel-sel sekitar membentuk massa sel luar. Massa sel dalam akan membentuk jaringan-jaringan embrio sebenarnya, sementara massa sel luar membentuk trofoblas yang kemudian ikut membentuk plasenta.
Kira-kira pada waktu morula memasuki rongga rahim, cairan mulai menembus zona pelusida masuk ke dalam ruang antar sel yang ada di massa sel dalam. Berangsur-angsur ruang antar sel menyat dan akhirnya terbentuklah sebuah rongga blastokel. Pada saat ini, mudigah dikenal sebagai blastokista. Sel-sel di dalam massa sel dalam yang sekarang disebut embrioblas terletak pada salah satu kutub, sedangkan selsel di massa sel luar ata trofoblas, menipis membentuk dinding epitel untuk blastokista. Zona pelusida kini sudah menghilang, sehingga implantasi bisa dimulai.
Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah pembelahan zigot. Hal ini dapat berlangsung oleh karena sitoplasma ovum mengandung banyak zat asam amino dan enzim. Segera setelah pembelahan ini terjadi, maka pembelahan-pembelahan selanjutnya berjalan dengan lancar dan dalam 3 hari terbentuk sel-sel yang sama besarnya. Hasil konsepsi berada dalam stadium morula. Energi untuk pembelahan ini diperoleh dari vitellus, hingga volume vitelus makin berkurang dan terisi seluruhnya oleh morula. Dengan demikian, zona pelusida tetap untuk atau dengan perkataan lain, besarnya hasil konsepsi tetap sama. Dalam ukuran yang sama ini ahsil konsepsi disalurkan terus ke pars istmika dan pars interstitialis tuba (bagian-bagian tuba yang mnyempit) dan terus ke arah kavum uteri oleh arus serta getaran silia pada permukaan sel-sel tuba dan kontraksi tuba. Dalam kavum uteri hasil konsepsi mencapai stadium blastula.
Pada stadium blastula ini sel-sel yang lebih kecil yang membentuk dinding blastula akan mejadi trofoblas. Denga demikian, blastula diselubungi oleh suatu simpai yang disebut trofobas. Trofoblas yang mempunyai kemampuan menghancurkan dan mencairkan jaringan menemukan endometrium dalam masa sekresi dengan sel-sel desidua. Sel-sel desidua ini besar-besar dan mengandung lebih banyak glikogen serta mudah dihancurkan oleh trofoblas. Blastula dengan bagian yang mengandung inner cell mass aktif mudah masuk ke dalam lapisan desidua dan luka pada desidua kemudian menutup kembali. Kadang-kadang pada saat nidasi yakni masuknya ovum ke dalam endometrium terjadi perdarahan pada luka desidua.
Spermatozoa yang mengelilingi ovum akan menghasilkan enzim hialuronidase, yaitu enzim yang memecah protoplasma pelindung ovum agar dapat menembus ovum dengan sedikit lebih mudah. Enzim tersebut merusak korona radiata dan memudahkan penembusan zona pellucida hanya untuk satu sperma saja. Badan dan ekor sperma terpisah dari kepala segera setelah masuk ke dalam ovum. Segera setelah kedua sel bersatu, kumparan kutub kedua dalam inti (nukleus) ovum mengalami pembelahan meiosis kedua dan mampu bersatu dengan inti sperma, sehingga terbentuk kromosom diploid (2n).
B. Perkembangan Janin di Rahim
1. Pembelahan
Menurut yatim (1990:155) pada manusia pembelahan terjadi secara holoblastik tidak teratur. Dimana bidang dan waktu tahap-tahap pembelahan tidak sama dan tidak serentak pada berbagai daerah zigot. Awalnya zigot membelah menjadi 2 sel, kemudian terjadi tingkat 3 sel, kemudian tingkat 4 sel, diteruskan tingkat 5 sel, 6 sel, 7 sel, 8 sel, dan terus menerus hingga terbentuk balstomer yang terdiri dari 60-70 sel, berupa gumpalan massif yang disebut morula.
Pembelahan atau segmentasi terjadi setelah pembelahan. Zigot membelah berulang kali sampai terdiri dari berpuluh sel kecil yang disebut blastomer. Pembelahan itu bias meliputi seluruh bagian, bias pula hanya sebagian kecil zigot. Pembelahan ini terjadi secara mitosis. Bidang yang ditempuh oleh arah pembelahan ketika zigot mengalami mitosis terus-menerus menjadi banyak sel, disebut bidang pembelahan. Ada 4 macam bidang pembelahan yaitu meridian, vertical, ekuator dan latitudinal
2. Blastulasi dan Nidasi
Setelah sel-sel morula mengalami pembelahan terus-menerus maka akan terbentuk rongga di tengah. Rongga ini makin lama makin besar dan berisi cairan. Embrio yang memiliki rongga disebut blastula, rongganya disebut blastocoel, proses pembentukan blastula disebut blastulasi.
Pembelahan hingga terbentuk blastula ini terjadi di oviduk dan berlangsung selama 5 hari. Selanjutnya blastula akan mengalir ke dalam uterus. Setelah memasuki uterus, mula-mula blastosis terapung-apung di dalam lumen uteus. Kemudian, 6-7 hari setelah fertilisasi embryo akan mengadakan pertautan dengan dinding uterus untuk dapat berkembang ke tahap selanjutnya. Peristiwa terpautnya antara embryo pada endometrium uterus disebut implantasi atau nidasi. Implantasi ini telah lengkap pada 12 hari setelah fertilisasi (Yatim, 1990: 136)
3. Gastrulasi
Menurut Tenzer (2000:212) Setelah tahap blastula selesai dilanjutkan dengan tahap gastrulasi. Gastrula berlangsung pada hari ke 15. Tahap gastrula ini merupakan tahap atau stadium paling kritis bagi embryo. Pada gastrulasi terjadi perkembangan embryo yang dinamis karena terjadi perpindahan sel, perubahan bentuk sel dan pengorganisasian embryo dalam suatu sistem sumbu. Kumpulan sel yang semula terletak berjauhan, sekarang terletak cukup dekat untuk melakukan interkasi yang bersifat merangsang dalam pembentukan sistem organ-organ tbuh. Gastrulasi ini menghasilkan 3 lapisan lembaga yaitu laisan endoderm di sebelah dalam, mesoderm disebelah tengah dan ectoderm di sebelah luar.
Dalam proses gastrulasi disamping terus menerus terjadi pembelahan dan perbanyakan sel, terjadi pula berbagai macam gerakan sel di dalam usaha mengatur dan menyusun sesuai dengan bentuk dan susunan tubuh individu dari spesies yang bersangkutan.
4. Tubulasi
Tubulasi adalah pertumbuhan yang mengiringi pembentukan gastrula atau disebut juga dengan pembumbungan. Daerah-daerah bakal pembentuk alat atau ketiga lapis benih ectoderm, mesoderm dan endoderm, menyusun diri sehingga berupa bumbung, berongga. Yang tidak mengalami pembumbungan yaitu notochord, tetapi masif. Mengiringi proses tubulasi terjadi proses differensiasi setempat pada tiap bumbung ketiga lapis benih, yang pada pertumbuhan berikutnya akan menumbuhkan alat (organ) bentuk definitif. Ketika tubulasi ectoderm saraf berlangsung, terjadi pula differensiasi awal pada daerah-daerah bumbung itu, bagian depan tubuh menjadi encephalon (otak) dan bagian belakang menjadi medulla spinalis bagi bumbung neural (saraf). Pada bumbung endoderm terjadi diferensiasi awal saluran atas bagian depan, tengah dan belakang. Pada bumbung mesoderm terjadi diferensiasi awal untuk menumbuhkan otot rangka, bagian dermis kulit dan jaringan pengikat lain, otot visera, rangka dan alat urogenitalia.
5. Organogenesis
Organogenesis atau morfogenesis adalah embryo bentuk primitif yang berubah menjadi bentuk yang lebih definitif dan memiliki bentuk dan rupa yang spesifik dalam suatu spesies. Organogensisi dimulai akhir minggu ke 3 dan berakhir pada akhir minggu ke 8. Dengan berakhirnya organogenesis maka ciri-ciri eksternal dan sistem organ utama sudah terbentuk yang selanjutnya embrio disebut fetus (Amy Tenzer,dkk, 2000)
Pada periode pertumbuhan antara atau transisi terjadi transformasi dan differensiasi bagian-bagian tubuh embrio dari bentuk primitif sehingga menjadi bentuk definitif. Pada periode ini embryo akan memiliki bentuk yang khusus bagi suatu spesies. Pada periode pertumbuhan akhir, penyelesaian secara halus bentuk definitif sehingga menjadi ciri suatu individu. Pada periode ini embrio mengalami penyelesaian pertumbuhan jenis kelamin, watak (karakter fisik dan psikis) serta wajah yang khusus bagi setiap individu. Organogenesis pada bumbung-bumbung:
Eksoderm terbagi atas epidermis dan neural
Epidermis
1. Lapisan epidermis kulit, dengan derivatnya yang bertekstur (susunan kimia) tanduk: sisik, bulu, kuku, tanduk, cula, taji.
2. Kelenjar-kelenjar kulit: kelenjar minyak bulu, kelenjar peluh, kelenjar ludah, kelenjar lender, kelenjar air mata.
3. Lensa mata, alat telinga dalam, indra bau dan indra peraba.
4. Stomodeum menumbuhkan mulut, dengan derivatnya seperti lapisan email gigi, kelenjar ludah dan indra pengecap.
5. Proctodeum menumbuhkan dubur bersama kelenjarnya yang menghasilkan bau tajam.
6. Lapisan enamel gigi.
Neural (saraf)
1. Otak dan sumsum tulang belakang.
2. Saraf tepi otak dan punggung.
3. Bagian persyarafan indra, seperti mata, hidung dan kulit.
4. Chromatophore kulit dan alat-alat tubuh yang berpigment.
Mesoderm
1. Otot : lurik, polos dan jantung.
2. Mesenkim yang dapat berdifferensiasi menjadi berbagai macam sel dan jaringan.
3. Gonad, saluran serta kelenjar-kelenjarnya.
4. Ginjal dan ureter.
5. Lapisan otot dan jaringan pengikat (tunica muscularis, tunica adventitia, tunica musclarismucosa dan serosa) berbagai saluran dalam tubh, seperti pencernaan, kelamin, trakea, bronchi, dan pembuluh darah.
6. Lapisan rongga tubuh dan selaput-selaput berbagai alat: plera, pericardium, peritoneum dan mesenterium.
7. Jaringan ikat dalam alat-alat seperti hati, pancreas, kelenjar buntu.
8. Lapisan dentin, cementum dan periodontum gigi, bersama pulpanya.
Endoderm
1. Lapisan epitel seluruh saluran pencernaan mulai faring sampai rectum.
2. Kelenjar-kelenjar pencernaan misalnya hepar, pancreas, serta kelenjar lender yang mengandung enzim dlam esophagus, gaster dan intestium.
3. Lapisan epitel paru atau insang.
4. Kloaka yang menjadi muara ketiga saluran: pembuangan (ureter), makanan (rectum), dan kelamin (ductus genitalis).
5. Lapisan epitel vagina, uretra, vesika urinaria dan kelenjar-kelenjarnya.
Pada minggu ke 5 embryo berukuran 8 mm. Pada saat ini otak berkembang sangat cepat sehingga kepala terlihat sangat besar. Pada minggu ke 6 embrio berukuran 13 mm. Kepala masih lebih besar daripada badan yang sudah mulai lurus, jari-jari mulai dibentuk. Pada minggu ke 7 embryo berukuran 18 mm, jari tangan dan kaki mulai dibentuk, badan mulai memanjang dan lurus, genetalia eksterna belum dapat dibedakan. Setelah tahap organogenesis selesai yaitu pada akhir minggu ke 8 maka embrio akan disebut janin atau fetus dengan ukuran 30 mm.
III. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN FETUS
A. Pertumbuhan Fetus
Umur fetus (janin) yang sebenarnya, harus dihitung dari saat fertilisasi atau karena fertilisasi selalu berdekatan dengan ovulasi, sekurang-kurangnya dari saat ovulasi. Dalam praktek, tuanya kehamilan dihitung dari haid yang terakhir. Sesuai dengan tingkat pertumbuhannya, berbagai nama diberikan pada anak yang dikandung itu.
1. Ovum : Umurnya dari 0-2 minggu setelah fertilisasi.
2. Embrio : Umurnya dari 3-5 minggu, mulai terjadi pembentukan alat- alat badan dalam bentuk dasar.
3. Fetus : Janin yang sudah mempunyai bentuk manusia.
Pertumbuhan fetus (janin) dipengaruhi oleh :
1. Faktor ibu, seperti :
Tinggi badan
Keadaan gizi
Tingginya tempat tinggal
Peminum atau perokok
Kelainan pembuluh darah
Kelainan uterus
Kehamilan ganda
2. Faktor anak, seperti :
Jenis kelamin
Kelainan genetis
Infeksi intrauterin terutama oleh virus
Kelainan kongenital lainnya
3. Faktor Plasenta, seperti :
Insuffisiensi dari plasenta dapat menyebabkan malnutrition intrauterin
Minggu ke-4 panjang kepala-bokong sekitar 44 mm dan meningkat 1 mm perhari sampai 30 mm antara Minggu ke-8 dan 28, pertumbuhan meningkat pesat menjadi sekitar 1,5 mm perhari, hingga periode ini dikenal sebagai periode pertumbuhan janin.
Pertumbuhan janin adalah hasil dari interaksi antara dorongan genetik untuk tumbuh dan penyediaan nutrisi selama kehamilan untuk menunjang dorongan tersebut yang melibatkan interaksi dinamis antara janin plasenta dan ibunya.
B. Perkembangan Fetus
Hasil konsepsi terpendam dalam endometrium uterus, mendapat makanan dari darah ibu, selama 10 minggu organ-organ terbentuk. Embrio terbungkus dalam dua membran sebelah dalam amnion dan sebelah luar korion. Selama perkembangan 8 minggu pertama, terbentuk plasenta sehingga fetus akan terikat oleh tali pusar.
Permulaan periode embrional sebagai mulainya Minggu ke-3 setelah ovulasi. Akhir periode embrional dan mulainya periode janin ditetapkan oleh sebagian ahli embriologi, terjadi 8 minggu setelah fertilisasi, atau 10 minggu setelah mulainya periode menstruasi terakhir.
Pada akhir Minggu ke-8 ini, tubuh bayi mulai terbentuk, dan kini disebut fetus (berasal dari bahasa latin yang berarti keturunan) atau janin. Pada usia ini, fetus berukuran kira-kira 3,5 cm dan terus tumbuh cepat hingga Minggu ke-20, baru kemudian laju pertumbuhannya melambat. Kepalanya tampak besar jika dibandingkan dengan tubuhnya tapi wajahnya mulai terbentuk. Matanya lebih besar dan kini terletak di bagian depan muka untuk mempersiapkan kemampuan melihatnya. Pembuluh air mata juga telah terbentuk pada Minggu ke delapan dan telinganya yang terletak di leher berlahan-lahan jari-jari tangan dan kaki tampak jelas meskipun masih diliputi selaput tipis.
Walaupun jenis kelamin bayi telah ditentukan sejak konsepsi, namun belum dapat diketahui hingga Minggu ke-9 setelah alat kelaminnya muncul, dan jenis kelaminnya dapat dibedakan sejak fetus berusia 12 minggu. Pada Minggu ke-12 fetus sudah terbentuk sempurna, kini panjangnya sekitar 8,5 cm. Kantong amniotik berisi 100 ml cairan amniotik. Kepala fetus kini tampak membulat, leher dan wajahnya telah terbentuk, dan telinganya sudah berada di tempat yang tepat. Bila dahi fetus disentuh, maka kepalanya akan berpaling dan keningnya berkerut. Fetus telah mampu menelan dan menggerakkan bibir atasnya. Kini bagian luar alat kelamin fetus sudah cukup berkembang sehingga sudah bisa dilihat dan ditetapkan jenis kelaminnya.
Pertumbuhan tangan janin pada Minggu ke-12 yakni mula-mula berupa kuncup di ujung lengan lalu diakhir Minggu ke-4 pada Minggu ke-6 tampak seperti dayung beralur-alur yang kelak akan berbentuk jari, Lalu jaringan alur-alur tadi memecah dan membentuk jari-jari dan pada Minggu ke-7, jari-jari telah terbentuk Ujungnya tampak bengkak , karena pembentukan lapisan peraba. Kuku jari berbentuk, mulai Minggu ke-10; mula-mula dilapisi selaput kulit tipis, tapi kukunya belum sempurna hingga usia janin mencapai Minggu ke-32. Pada Minggu ke-12 jari-jari janin telah berbentuk seluruhnya.
Pada usia 16 minggu panjang janin sekitar 14 cm, beratnya sekitar 130g, tubuhnya ditumbuhi bulu-bulu halus yang disebut lanugo (latin : lana, wol). Fungsi lanugo belum diketahui. Mula-mula lanugo tumbuh pada alis mata dan bibir bagian atas tapi pada minggu ke 20 mulai menutupi seluruh tubuh.
Pada Minggu ke 16, vernix caseosa, sal licin berwarna putih mulai terbentuk.
Dapat terlihat jelas di wajah dan kulit kepala pada Minggu ke 18. mula-mula muncul di punggung, rambut dan lipatan sendi, namun kemudian menutupi seluruh tubuh. Lapisan luar yang terbentuk pada bagian kulit tapak kaki dan jari-jarinya, juga tangan dan jari-jarinya memiliki pola khusus pada setiap manusia. Pada Minggu ke 28, panjang fetus menjadi kira-kira 1,1 kg. Antara Minggu ke 26 dan 29, kelopak matanya sudah tumbuh, sementara rambut di kepalanya sudah panjang, lanugo mulai menghilang dan warna kulitnya berubah dari merah menjadi warna kulit manusia umumnya. Pada Minggu ke 28, testis bayi lelaki yang mulanya di perut mulai turun ke bawah, dan mencapai scrotum pada Minggu ke 32, testis pada bayi.
Tabel perkembangan fetus
Usia Keterangan
bulan ke 3
panjangnya 40 mm
Janin sudah mempunyai sistem organ seperti yang dipunyai oleh orang dewasa.
genitalnya belum dapat dibedakan antara jantan dan betina dan tampak seperti betina serta denyut jantung sudah dapat didenga
bulan ke 4 panjang 56 mm
Kepala masih dominan dibandingkan bagian badan
genitalia eksternal nampak berbeda.
minggu ke 16 semua organ vital sudah terbentuk. Pembesaran uterus sudah dapat dirasakan oleh ibu.
bulan ke 5
panjang112 mm
akhir bulan ke 5 ukuran fetus mencapai 160 mm.
Muka nampak seperti manusia dan rambut mulai nampak diseluruh tubuh (lanugo).
Pada yang jantan testis mulai menempati tempat dimana ia akan turun ke dalam skrotum
Gerakan janin sudah dapat dirasakan oleh ibu
Paru-paru sudah selesai dibentuk tapi belum berfungsi.
bulan ke 6
ukuran tubuh sudah lebih proporsional tapi nampak kurus
organ internal sudah pada posisi normal
bulan ke 7 janin nampak kurus, keriput dan berwarna merah
Skrotum berkembang dan testis mulai turun untuk masuk ke skrotum, hal ini selesai pada bulan ke 9.
system saraf berkembang sehingga cukup untuk mengatur pergerakan fetus, jika dilahirkan 10% dapat bertahan hidup
Bulan ke 8 testis ada dalam skrotum dan tubuh mulai ditumbuhi lemak sehingga terlihat halus dan berisi
Berat badan mulai naik jika dilahirkan 70% dapat bertahan hidup.
bulan ke 9 janin lebih banyak tertutup lemak (vernix caseosa
Kuku mulai nampak pada ujung jari tangan dan kaki.
Bulan ke 10 tubuh janin semakin besar maka ruang gerak menjadi berkurang dan lanugo mulai menghilang
Percabangn paru lengkap tapi tidak berfungsi sampai lahir.Induk mensuplai antibodi plasenta mulai regresi dan pembuluh darah palsenta juga mulai regresi.
C. Perkembangan Sistem Organ
1. Susunan Saraf Pusat
Neurulasi adalah pembentukan lempeng neural (neural plate) dan lipatan neural (neural folds) serta penutupan lipatan ini untuk membuat neural tube, yang terbenam ke dalam dinding tubuh dan berdiferensiasi menjadi otak dan korda spinalis. Neural tube terbentuk sempurna pada akhir Minggu ke 4. notokord yang sedang terbentuk memicu ektoderm di atasnya untuk menebal dan membentuk lempeng neural, yaitu lempeng sel neuroepitel yang mirip sandal dan meninggi. Lempeng ini menghasilkan susunan sarap pusat.
Pada pertengahan Minggu ke 3, timbul neural groove (arul neural) di bagian tengah lempeng meural. Di kedua sisi alur terdapat lipatan neural yang membesar di ujung kranial sebagai awal pembentukan otak. Mesoderm paraksial berdiferensiasi untuk membentuk pasangan blok jaringan / somit. Somit berdiferensiasi menjadi sklerotom, miotom dan dermtom, yang masing-masing menghasilkan tulang rangka sumbu, otak rangka dan dermis kulit. Jumlah somit menunjukkan usta mudtgah. Organ sensorik untuk janin berkembang sekitar pertengahan masa gestasi.
2. Sistem Pencernaan
Antara Minggu ke 6 dan 8 perkembangan proliferasi sel epitel yang melapisi bagian dalam lumen menyebabkan obliterasi yang kemudian secara bertahap mengalami regionalisasi. Pertumbuhan awal usus sangat cepat sehingga usus keluar ke dalam rongga amnion. Enzim pencernaan terdapat di sekitar Minggu ke 24 – 28, dengan pengecualian laktasi. Koordinasi peristaltik usus janin mulai jelas pada Minggu ke 14. Pada Minggu ke 34 sudah terjadi koordinasi mengisap, menelan, dan peristalsis. Usus mulai menghasilkan mukus yang akhirnya akan diperlukan untuk melancarkan lewatnya makanan dan fases selama transit. Mukus menumpuk di usus janin sebagai mekonium.
3. Wajah
Wajah terbentuk antara Minggu ke 5 dan 12 dari arkus brakialis. Hidung tumbuh sebagai pilar jaringan mata terbentuk dari kombinasi jaringan saraf dan ektoderm khusus. Telinga mula-mula terletak rendah. Di bawah hidung tonjolan maksilaris meluas untuk membentuk dasar hidung dan atap mulut. Bibir atas terbentuk dari tonjolan yang meluas untuk bertemu di bagian tengah. Fusi prosesus maksilaris yang tidak memadai menyebabkan malformasi kongenital mulut fusi palatuom sempurna pada Minggu ke 11.
4. Tengkorak
Tengkorak terbentuk dari jaringan mesenkim di sekitar otak. Tengkorak di bentuk dari neurokranium yang melindungi otak dan viserokranium yang membentuk kerangka wajah. Tiap-tiap elemen tengkorak ini memiliki komponen dan kartilaginosa pada janin. Tulang datar pada kavaria disatukan untuk sutura fibrosa lunak yang berbuat dari jaringan ikat padat yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Di t4 sutura-sutura bertemu terbentuk enam fontanel (ubun-ubun) membranosa besar. Fontanel posterior menutup sekitar 3 bulan setelah lahir dan fontanel posterior menutup saat bayi berusia sekitar 18 bulan.
5. Sistem Kardiovaskular
Merupakan sistem yang pertama terbentuk beberapa sel di mosederm yolk sac kehilangan perlekan dan mulai bergerak membentuk kelompok yang disebut pulau darah. Pulau-pulau darah menyatu, membentuk saluran pembuluh darah yang saling berhubungan untuk membentuk rute yang jelas. Organisasi rute melintas yolk sac serupa dengan organisasi geografis delta sungai tempat arus lemah berkonvolusi dan bergabung.
Jantung primitif berkembang dari “tapal kuda” mesoderm embrionik. Sebelah anterior lempeng prokrodal dan membentuk dua saluran di tiap sisi usus depan membentuk sebuah tabung jantung tunggal. Atrium primitif terbentuk saat aliran dari vena umbilikus dan plasenta menyatu dengan pembuluh darah dari kepala hingga menghasilkan volume darah terbesar. Bentuk khas jantung dihasilkan oleh aliran sel darah di dalam saluran pembuluh yang menyebabkan tabung jantung mengambil bentuk lengkung huruf S yang akhirnya berbentuk jantung.
Pada hari ke-21 sel yang mengelilingi jantung berdiferensi menjadi sel miokardium yang mampu menghasilkan respons hingga jantung yang terdiri atas 4 rongga berurutan mulai berdenyut. Susunan matang rongga jantung tercapai oleh pertumbuhan ke dalam septum ke arah bantalan atrioventrikel sentral di bagian tengah. Pertumbuhan jantung janin sebagian bergantung pada after load yang meningkat oleh faktor yang menyebabkan peningkatkan impedansi plasenta.
6. Sistem Pernafasan
Trakea dan bronkus utama tumbuh sebagai kantung keluar pada saluran pencernaan, perkembangannya bergantung pada interaksi antara tonjolan endoderm dari usus depan yang sedang tumbuh dan mesoderm splantik yang diinvasinya sekitar hari ke-22 dan mengalami percabangan antara hari ke-26 dan 28. Pada Minggu ke-5 perkembangan terbentuk tonjolan sekunder di cabang kanan x 2 di cabang kiri, yaitu lobus primitif paru. 4 tahapan dalam perkembangan sistem pernafasan ; fase mudigah (dari Minggu ke 3-ke 37), fase pseu dokanalikularis (Minggu ke-7 – ke-16), fase kanalikularis (mg 16 – ke 24) dan kantung terminal (mg ke 24 sampai lahir)
7. Sistem Perkemihan
Berkembang dari mesoderm intermeitat dan saling berkaitan erat dengan kelamin selama perkembangan masa janin terbentuk 3 pasang ginjal ; pronetroi, mesonefroi dan metanefroi.
1. Pronetroi merupakan struktur transien nonfungsional yang muncul hanya selama beberapa Minggu
2. Mesonefroi muncul pada Minggu ke-4 berfungsi sebagai ginjal antara sampai akhir periode mudigah
3. Metanefro 5 terbentuk mulai Minggu ke-5 dan mulai berfungsi sekitar 4 minggu kemudian
Janin menghasilkan sampai sampai 600 ml urine perhari. Urine menjadi sumber utama cairan amnion dan juga dihasilkan oleh membran amnion dan paru janin. Janin menelan sebagian besar cairan amnion
8. Otot dan Tungkai
Otot yang pertama terbentuk : otot punggung dari pasangan somit. Pembentukan tulang berkaitan erat dengan pertumbuhan otot dan sambungan saraf dari korda spinalis. Anggota badan mulai tampai sebagai tonjolan yang berkaitan dengan somit tertentu pada Minggu ke-4 perkembangan. Tonjolan anggota badan dibentuk dari migrasi sel otot dari miotom. Osifikasi perubahan ke struktur tulang dimulai sejak usia 8 minggu tapi tetap belum sempurna saat lahir. Menonjolnya jumlah tulang rawan di kerangka, mempermudah pengeluaran janin saat melahirkan. Pada Minggu ke-9 kerangka tubuh hampir sempurna walaupun tulang tengkorak masih terus dibentuk.
D. Proses Terbentuknya janin laki-laki dan perempuan
Proses terbentuknya janin laki-laki dan perempuan dimulai dari deferensiasai gonad. Awalnya sel sperma yang berkromosom Y akan berdeferensiasi awal menjadi organ jantan dan yang X menjadi organ betina. Deferensiasi lanjut kromosom Y membentuk testis sedangkan kromosom X membentuk ovarium. Proses deferensiasi menjadi testis dimulai dari degenerasi cortex dari gonad dan medulla gonad membentuk tubulus semineferus. Di celah tubulus sel mesenkim membentuk jaringan intertistial bersama sel leydig. Sel leydig bersama dengan sel sertoli membentuk testosteron dan duktus muller tp duktus muller berdegenerasi akibat adanya faktor anti duktus muller, testosteron berdeferensiasi menjadi epididimis, vas deferent, vesikula seminlis dan duktus mesonefros. Karena ada enzim 5 alfareduktase testosteron berdeferensiasi menjadi dihidrotestosteron yang kemudian pada epitel uretra terbentuk prostat dan bulbouretra. Selanjutnya mengalami pembengkakan dan terbentuk skrotum. Kemudian testis turun ke pelvis terus menuju ke skrotum. Mula-mula testis berada di cekukan bakal skrotum saat skrotum makin lama makin besar testis terpisah dari rongga pelvis.
Sedangkan kromosom X yang telah mengalami deferensiasi lanjut kemudian pit primer berdegenerasi membentuk medula yang terisi mesenkim dan pembuluh darah, epitel germinal menebal membentuk sel folikel yang berkembang menjadi folikel telur. Deferensiasi gonad jadi ovarium terjadi setelah beberapa hari defrensiasi testis. Di sini cortex tumbuh membina ovarium sedangkan medula menciut. PGH dari placenta mendorong pertumbuhan sel induk menjadi oogonia, lalu berplorifrasi menjadi oosit primer. Pada perempuan duktus mesonefros degenerasi. Saat gonad yang berdeferensiasi menjadi ovarium turun sampai rongga pelvis kemudian berpusing sekitar 450 letaknya menjadi melintang.
Penis dan klitoris awalnya pertumbuhannya sama yaitu berupa invagina ectoderm. Klitoris sebenarnya merupakan sebuh penis yang tidak berkembang secara sempurna. Pada laki-laki evagina ectoderm berkembang bersama terbawanya sinus urogenitalis dari cloaca.
IV. PLASENTA
Plasenta pada umumnya:
1. Bentuk bundar atau oval
2. Diameter 15-25 cm,tebal 3-5 cm
3. Berat rata-rata 500-600 gr
4. Insersi tali pusat dapat di tengah/sentralis, di samping/lateralis atau di ujung tepi/marginalis
5. Di sisi ibu, tampak daerah yang agak menonjol (kotiledon) yang diliputi selaput tipis desidua basalis
6. Di sisi janin,tampak tampak sejumlah arteri dan vena besar(sinus)menuju tali pusat.Korion diliputi oleh omnion.
7. Sirkulasi darah ibu di plasenta sekitar 300cc/menit (20 mnggu) meningkat sampai 600-700 cc/mnt (aterm)
A. Anatomi
1. Stuktur plasenta:
Permukaan maternal
Terletak setelah uerus,terkubur dalam desidua.Villi chorion tersusun dalam lobi atau cotyledon. Alur-alur yang memisahkan cotyledon disebut sulci. Berwarna merah gelap. Spatia intervillosa berisi kira-kira 150 ml darah yang diganti paling sedikit tiga kali setiap menit.
Permukaan fetal
Permukaan ini menghadap bayi di dalam kandungan dan dapat dibedakan pada pengamatan setelah kelahiran dengan warnanya yang abu-abu kebiruan dan permukaan yang halus dan mengkilap. Funiculus umbilicalis berinsersi pada permukaan ini, biasanya di bagian tengah,dan pembuluh-pembuluh darah dapat dilihat menyebar dari funiculus umbilicalis kemudian menghilang karena terkubur di dalam plasenta sebelum mencapai tepi plasenta.
2. Bagian-bagian plasenta:
a. Kotiledon, daerah yang menonjol kea rah uterus pada plasenta dengan alur-alur yang disebut sulci.
b. Membran Amnion, merupakan membrane trasparan yang kuat dan sangat sulit dirobek. Membran ini membatasi cavitas amniotica dan mensekresi cairan amnion.
c. Chorion membrane yang tipis dan rapuh dan dilapisi oleh sel mesoderm di bagian dalam.
d. Arteri umbilikalis spiral
e. Vena umbilikalis sentralis
f. Tali pusat
g. Sinus marginalis, suatu ruang vena tempat menampung darah yang berasal dari ruang interviller.
h. Pembuluh darah ibu
i. Septum plasenta
j. Stratum spongomosium
k. Jelly Whartons
B. Fungsi plasenta
Pada prinsipnya plasenta fungsi plasenta adalah menjamin kehidupan dan pertumbuhan janin yang baik.
Fungsi plasenta:
Sistem pertukaran
Nutrien : Memberikan bahan makanan pada janin.
Ekskresi : Mengalirkan keluar sisa metabolisme janin
Respirasi : Memberikan O2 dan mengeluarkan CO2 janin
Endokrin : Menghasilkan hormon-hormon
Imunologi : Menyalurkan berbagai komponen antibodi ke janin
Farmakologi : Menyalurkan obat-obatan yang mungkin diperlukan janin
yang diberikan melalui ibu
Proteksi : Barrier terhadap infeksi bakteri dan virus
C. Perkembangan Plasenta
1. Morula
Perkembangan plasenta dimulai dari pertumbuhan morula.Morula dihasilkan dengan reproduksi yang berlanjut dari sel-sel zigot sehingga menyrupai buah murbei. Pembelahan sel ini dibantu oleh progesteron dari corpus luteum yang bersama-sama dengan estrogen menyiapkan endometrium untuk menerima ovum yang telah dibuahi pada stadium delapan sel, morula ini mempunyai diameter kira-kira 2 mm dan mengandung lebih dari 1000 macam protein. Morula ini masih berada dalam cangkangnya, dan ditopang oleh sitoplasamanya sendiri yang mengandung progesteron
2. Hari ke 6-7
Morula yang sedang tumbuh ini mendekati endometrium yang berada fase sekresi. Morula tadi mulai masuk ke dalam endometrium.
Pada akhir minggu pertama, sejumlah sel dalam pada morula mulai mengalami disintegrasi,meninggalkan ruang yang terisi cairan. Sel ini sekarang disebut blastocyst.
3. Hari ke 7-8
Sel-sel trofoblas yang terletak di atas embrioblas yang berimplentasi di endometrium dinding uterus, mengadakan proliferasi dan berdiferensiasi menjadi dua lapis yang berbeda:
1. Sitotrofoblas : terdiri dari selapis sel kuboid, batas jelas,intin tunggal,di sebelah dalam (dekat embrioblas)
2. Sinsiotrofoblas : terdiri dari selapis sel tanpa batas jelas, di sebelah luar(berhubungan dengan stroma endometrium). Unit trofoblas ini akan berkembang menjadi Plasenta.
Di antara massa embrioblas dengan lapisan sitotrofoblas terbentuk suatu celah yang makin lama makin besar, yang nantinya akan menjadi Rongga Amniom.
Sel-sel embriblas juga berdiferensiasi menjadi dua lapis yang berbeda:
1. Epiblas : Selapis sel kolumnar tinggi, di bagian falm, berbatasan dengn bakal rongga amnion
2. Hipoblas : Selapis sel kuboid kecil,di bagian luar,berbatasan dengan rongga blatokista (bakal ronnga kuning telur). Unit sel-sel blast ini akan berkambang menjadi janin.
Pada kutub embrional, sel-sel dari hipoblas membentuk selaput tipis yang membatasi bagian dalam sitotrofoblas (selaput Heuser). Selaput ini bersama dengan hipoblas membentuk dindin g bakal yolk sac(kandung kuning telur). Rongga terjadi disebut rongga eksoselom (exocelome space) atau kandung kuning telur sederhana. Dari struktur-struktur tersebut kemudian akan terbentuk
Kandung kuning telur,lempeng korion,dan rongga korion. Pada lokasi bekas implantasi blastokista di permukaan dinding uterus terbentuk lapisan fibrin sebagai bagian dari proses penyembuhan luka. Jaringan endometrium di sekitar blastokista yang berimplantasi yang berimplantasi mengalami reaksi desidua,berupa hipersekresi,peningkatan lemak dan glikogen, serta edema. Perubahan ini kemudian meluas ke seluruh bagian endometrium dalam kavum uteri.Pada stadium ini,zigot berada dalam stadium bilaminar (cakram berlapis dua).
4. Hari ke 8-9
Terbentuk rongga-rongga vakuola yang banyak pada lapisan sinsiotrofoblas (selanjutnya disebut sinsitium) yang akhirnya disebut stadium berongga (lacunar stage). Pertumbuhan sinsitium ke dalm stroma endometrium makin dalam kemudian terjadi pengrusakan endotel kapilaer sekitarnya, sehingga rongga-rongga sinsitium tersebut dialiri masuk oleh darah ibu membentuk sinusoid-sinusoid. Peristiwa ini menjadi awal terbentuknya sitem sirkulasi ultraplasenta/sistem sirkulasi feto-maternal. Sementara itu, di antara lapisan dalam sitotrofoblas dengan selapis sel selaput Heuser,terbentuk sekelompok sel baru yang berasal dari trofoblas dan membentuk jaringan penyambung yang lembut,yang disebut mesoderm ekstraembrional.Bagian yang berbatasan dengan sitotrofoblas disebut mesoderm ekstraembrional somato pleural,kemudian akan menjadi selaput korion (chorionic plate). Bagian yang berbatasan dengan selaput Heuser dan menutupi bakal yolk sac disebut mesoderm ekstraembrional splanknopleural.
5. Menjelang Hari 13-14
Seluruh lingkaran blatokista telah terbenam dalam uterus dan diliputi pertumbuhan trofoblas yang telah dialiri darah ibu. Di dalam lapisan mesoderm ekstraembrional juga terbentuk celah-celalah yang makin lama makin besar dan bersatu sehingga terjadi rongga yang memisahkan kandung kuning telur makin jauh dari sitotrofoblas. Rongga ini disebut rongga selom ekstraembrional (extraembryonal coelomic space) atau rongga korion (chorionic space). Di sisi embrioblas (kutub embrional), tampak sel-sel kuboid lapisan sitotrofoblas mengadakan invasi ke arah lapisan sinsitium membentuk sekelompok sel yang dikelilingi sinsitium disebut jonjot-jonjot primer (primary stem villi). Villi menyebabkan pecahnya vasa-vasa darah maternal saat bangunan-bangunan tadi mengerosi jaringan endometrium dan ruang-ruang tadi dengan demikian akan terisi dengan darahj materna
6. Minggu ke-3
Selama minggu ke-3 terjadi percabangan villi chorion primitive.Cabang-cabang ini disebut villi chorion primitif sekunder,dan di dalamnya mulai terbentuk pembuluh darah. Disebut villi korion tersier apabila jonjot-jonjot yang tadinya hanya selular kemudian menjadi suatu jaringan vaskular. Rongga korion makin luas sehingga jaringan embrional makin terpisah dari selaput korion,hanya dihubungkan oleh sedikit jaringan mesoderm yang kemudian menjadi tangkai penghubung (connecting stalk) yang kemudian berkembang menjadi tali pusat.
Vasa di dalam tangkai ini berkembang untuk membentuk dua arteri umbilicalis dan satu vena umbilicalis untuk fetus.Sejumlah villi korion terus terkubur lebih dalam di dalam desidua dan disebut villi anchorales (anchoring villi). Villi anchorales ini tidak mengandung pembuluh darah karena fungsinya hanyalah menstabilkan plasenta yang sedang berkembang. Villi yang lain dipercabangkan di sini dan ruang-ruang antara villi-villi disebut spatia intervillosa.
Setelah infiltrasi pembuluh darah trofoblas ke dalam sirkulasi uterus,seiring dengan perkembangan trofoblas menjadi plasenta dewasa,terbentuklah komponen sirkulasi utero-plasenta. Melalui pembuluh darah tali pusat,sirkulasi utero-plasenta dihubungkan dengan sirkulasi janin.Meskipun demikian,darah ibu dan darah janin tidak bercampur menjadi satu (system hemochorial) tetap terpisah oleh dinding pembuluh darah janin dan chorion. Dengan demikian, komponen sirkulasi dari ibu (maternal) berhubungan dengan komponen sirkulasi dari janin (fetal) melalui plasenta dan tali pusat. Sistem ini disebut sirkulasi feto-maternal.
Desidua berdiferensiasi menjadi 3 daerah:
1. Desidua basalis terletak di bawah daerah tempat villi korion mula-mula terkubur.
2. Desidua capsularis terletak di atas saccus embryonalis.
3. Desidua vera (parientalis) menutupi sisa cavitas uteri.
7. Minggu ke-5
Plasenta mensekresikan hormone chorionic somatomammotropin dan sekresinya meningkat progresif sepanjang sisa kehamilan.
Fungsinya antara lain:
• Bila diberikan kepada beberapa jenis hewan tingkat rendah yang berbeda, human chorionic somatomammotropin sedikitnya akan menyebabkan perkembangan sebagian mammae dan pada beberapa keadaan menyebabkan laktasi.
• Hormon ini mempunyai kerja yang lemah yang serupa dengan hormone pertumbuhan yang menyebabkan deposit protein dengan cara yang sama seperti hormone pertumbuhan.
• Menyebabakan penurunan sensitivitas insulin dan menurunkan penggunaan glukosa pada ibu.
• Meningkatkan pelepasan asam lemak bebas dari cadangan makanan ibu sehingga menyediakan sumber energi pengganti untuk metabolisme ibu.
8. Minggu ke-8
Sampai minggu ke-8 kehamilan, villi korion mengelilingi seluruh saccus embryonalis. Dari akhir minggu ke-8, plasenta primimtif telah mensekresi estrogen, progesteroon, dan relaksin.
Chorionic leave
Desidua capsularis terus-menerus terdorong keluar ke dalam cavitas uteri sampai desidua taditerletak berdekatan dengan desidua vera. Saat korion leave terletak pada permukaan dalam desidua capsularis, maka korion ini juga melapisi cavitas uteri dan berkembang untuk membentuk membrane plasenta yang disebut chorion.
Chorion frondusum
Villi yang tertanam dalam di dalm desidua basalis akan terikat erat pada kehamilan 12 minggu sehingga menstabilkan plasenta yang sedang berkembang.
9. Minggu ke-9
Pada saat villi korion tertanam di dalam dinding uterus,maka dihasilkan hormone yang disebut gonodotrofin chorion (chorionic gonodotrofin atau hCG).
10. Minggu ke-14
Struktur plasenta berkembang penuh dan plasenta tadi menempati kira-kira sepertiga dinding uterus.
11. Minggu ke-16
Dari minggu ke-16 dan seterusnya maka jumlah dan ukuran vasa darah meningkat sedangkan dinding-dinding villinya menjadi lebih tipis sehingga selama trimester tengah,permeabilitas plasenta meningkat.Walaupun demikian,selama 4 minggu terakhir kehamilan,vasa tadi berkurang lagi karena terdapat deposit (timbunan) fibrin di dalam jaringan-jaringan ini.
12. Minggu ke-20
Setelah minggu ke-20,plasenta terus bertambah luas,tetapi tidak bertambah tebal, sampai pada kehamilan cukup umur (a’term) diameternya kira-kira 23 cm, merupakan organ yang bulat, datar, dengan ketebalan 2 cm di bagian tengahnya,tetapi lebih tipis di bagian tepinya.
D. Tali pusat
Mesoderm connecting stalk yang juga memiliki kemampuan angiogenik,kemudian akan berkembang menjadi pembuluh darah dan connecting stalk tersebut akan menjadi tali pusat. Pada tahap awal perkembangan,rongga perut masih teralalu kacil untuk usus yang berkembang sehingga sebagian usus terdesak ke dalam rongga selom ekstraembrional pada tali pusat. Pada sekitar akhir bulan ketiga,penonjolan lengkung usus (intestional loop) ini masuk kembali ke dalam rongga abdomen janin yang telah membesar.
Kandung kuning telur dan tangkai kandung kuning telur (ductus vitellinus) yang terletak dalam rongga korion, yang juga tercakup dalam connecting stalk, juga tertutup bersamaan dengan proses semakin bersatunya amnion dengan korion.
Setelah struktur lengkung usus,kandung kuning telur dan duktus vitellinus menghilang,tali pusat akhirnya hanya mengandung pembuluh darah umbilical (2 arteri umlikalis dan 1 vena umbilikalis) yang menghubungkan sirkulasi janin dengan plasenta.Pembuluh darah umbilical ini diliputi oleh mukopolisakarida yang disebut Wharton’s jelly.
Selaput Janin (Amnion dan Korion)
Pada minggu-minggu pertama perkembangan, villi meliputi seluruh lingkaran
permukaan korion. Dengan berlanjutnya kehamilan :
• Jonjot pada kutub embrional memebentuk struktur korion lebat seperti semak-semak (chorion frondusum) sementara
• Jonjot pada kutub abembrional mengalami degenerasi,menjadi tipis dan halus disebut chorion leave.
Seluruh jaringan endometrium yang telah mengalami reaksi desidua juga mencerminkan perbedaan pada kutub embrional dan abembrional pada minggu ke-3. Antara membrane korion dengan membran amnion terdapat rongga korion. Dengan berlanjutnya kehamilan, rongga ini tertutup akibat persatuan membran amnion dan membrane korion. Selaput janin selanjutnya disebut sebagai membrane korion-amnion (amniochorionic membrane). Kavum uteri juga terisi oleh konsepsi sehingga tertutup oleh persatuan chorion leave dengan desidua parientalis.
E. Cairan Amnion
Rongga yang diliputi selaput janin disebut sebagai rongga amnion.Di dalam ruangan ini terdapat cairian amnion (likuor amnii).Asal cairan amnion diperkirakan terutama disekresi oleh dinding selaput amnion/plasenta, kemudian setelah sistem urinarius janin terbentuk, urin janin yang diproduksi juga di keluarkan ke dalam rongga amnion.
Fungsi cairan amnion:
• Proteksi : melindungi janin terhadap trauma dari luar
• Mobilisasi : memungkinkan ruang gerak bagi janin
• Homeostatis : menjaga keseimbangan suhu dan lingkungan asam-basa dalam rongga amnion,untuk suasana lingkungan yang optimal bagi janin
• Mekanik : menjaga keseimbangan tekanan dalam seluruh ruangan intrauterine
• Pada persalinan : membersihkan/melicinkan jalan lahir,dengan cairan yang steril sehingga melindungi bayi dari kemungkinan infeksi jalan lahir
Keadaan normal cairan amnion :
1. Pada usia kehamilan cukup bulan,volume 1000-1500 cc
2. Keadaan jernih agak keruh
3. Steril
4. Bau khas, agak manis dan amis
5. Terdiri dari 98-99% air,1-2% garam-garam anorganik dan bahan organik (protein terutama albumin), runtuhnya rambut laguno, vernix caseosa dan sel-sel epitel.
6. Sirkulasi sekitar 500 cc/jam
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. EGC : Jakarta.
Sadler, TW. 1987. Embriologi Kedokteran Langman Edisi ke-7 terjemahan. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Sastrawinata, Sulaiman1983.Obsetri Fisiologi.Percetakan Penerbitan ELEMAN : Bandung.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Wiknojosastro, Hanifa.2007. Ilmu Kebidanan.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo : Jakarta
READ MORE - PROSES PEMBENTUKAN JANIN ,PROSES KEHAMILAN,PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN FETUS
A. Spermatogenesis
Peralihan dari bakal sel kelamin yang aktif membelah ke sperma yang masak serta menyangkut berbagai macam perubahan struktur yang berlangsung secara berurutan. Spermatogenesis berlangsung pada tubulus seminiferus dan diatur oleh hormone gonadotropin, FSH dan testosterone (Wildan yatim, 1990).
Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :
1. Spermatositogenesis
Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan menjadi spermatosit primer.
Spermatogonia
Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi (membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan berkembang menjadi spermatosit primer.
Spermatosit Primer
Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder.
2. Tahapan Meiosis
Spermatosit I (primer) menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan segera mengalami meiosis I yang kemudian diikuti dengan meiosis II.
Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang lengkap terpisah, tapi masih berhubungan sesame lewat suatu jembatan (Interceluler bridge). Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.
3. Tahapan Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa empat spermatozoa masak. Dua spermatozoa akan membawa kromosom penentu jenis kelamin wanita “X”. Apabila salah satu dari spermatozoa ini bersatu dengan ovum, maka pola sel somatik manusia yang 23 pasang kromosom itu akan dipertahankan. Spermatozoa masak terdiri dari :
1. Kepala (caput), tidak hanya mengandung inti (nukleus) dengan kromosom dan bahan genetiknya, tetapi juga ditutup oleh akrosom yang mengandung enzim hialuronidase yang mempermudah fertilisasi ovum.
2. Leher (servix), menghubungkan kepala dengan badan.
3. Badan (corpus), bertanggungjawab untuk memproduksi tenaga yang dibutuhkan untuk motilitas.
4. Ekor (cauda), berfungsi untuk mendorong spermatozoa masak ke dalam vas defern dan ductus ejakulotorius.
B. Oogenesis
1. Sel-Sel Kelamin Primordial
Sel-sel kelamin primordial mula-mula terlihat di dalam ektoderm embrional dari saccus vitellinus, dan mengadakan migrasi ke epitelium germinativum kira-kira pada minggu ke 6 kehidupan intrauteri. Masing-masing sel kelamin primordial (oogonium) dikelilingi oleh sel-sel pregranulosa yang melindungi dan memberi nutrien oogonium dan secara bersama-sama membentuk folikel primordial.
2. Folikel Primordial
Folikel primordial mengadakan migrasi ke stroma cortex ovarium dan folikel ini dihasilkan sebanyak 200.000. Sejumlah folikel primordial berupaya berkembang selama kehidupan intrauteri dan selama masa kanak-kanak, tetapi tidak satupun mencapai pemasakan. Pada waktu pubertas satu folikel dapat menyelesaikan proses pemasakan dan disebut folikel de Graaf dimana didalamnya terdapat sel kelamin yang disebut oosit primer.
3. Oosit Primer
Inti (nukleus) oosit primer mengandung 23 pasang kromosom (2n). Satu pasang kromosom merupakan kromosom yang menentukan jenis kelamin, dan disebut kromosom XX. Kromosom-kromosom yang lain disebut autosom. Satu kromosom terdiri dari dua kromatin. Kromatin membawa gen-gen yang disebut DNA.
4. Pembelahan Meiosis Pertama
Meiosis terjadi di dalam ovarium ketika folikel de Graaf mengalami pemasakan dan selesai sebelum terjadi ovulasi. Inti oosit atau ovum membelah sehingga kromosom terpisah dan terbentuk dua set yang masing-masing mengandung 23 kromosom. Satu set tetap lebih besar dibanding yang lain karena mengandung seluruh sitoplasma, sel ini disebut oosit sekunder. Sel yang lebih kecil disebut badan polar pertama. Kadang-kadang badan polar primer ini dapat membelah diri dan secara normal akan mengalami degenerasi.
Pembelahan meiosis pertama ini menyebabkan adanya kromosom haploid pada oosit sekunder dan badan polar primer, juga terjadi pertukaran kromatid dan bahan genetiknya. Setiap kromosom masih membawa satu kromatid tanpa pertukaran, tetapi satu kromatid yang lain mengalami pertukaran dengan salah satu kromatid pada kromosom yang lain (pasangannya). Dengan demikian kedua sel tersebut mengandung jumlah kromosom yang sama, tetapi dengan bahan genetik yang polanya berbeda.
5. Oosit Sekunder
Pembelahan meiosis kedua biasanya terjadi hanya apabila kepala spermatozoa menembus zona pellucida oosit (ovum). Oosit sekunder membelah membentuk ovum masak dan satu badan polar lagi, sehingga terbentuk dua atau tiga badan polar dan satu ovum matur, semua mengandung bahan genetik yang berbeda. Ketiga badan polar tersebut secara normal mengalami degenerasi. Ovum yang masak yang telah mengalami fertilisasi mulai mengalami perkembangan embrional.
II. PROSES KEHAMILAN
A. Fertilisasi
Menurut Sri Sudarwati (1990) fertilisasi merupakan proses peleburan dua macam gamet sehingga terbentuk suatu individu baru dengan sifat genetic yang berasal dari kedua parentalnya. Sedangkan menurut Wildan Yatim (1990) fertilisasi merupakan masuknya spermatozoa kedalam ovum. Setelah spermatozoa masuk, ovum dapat tumbuh menjadi individu baru. Fertilisasi atau pembuahan adalah proses penyatuan gamet pria dan wanita yang terjadi di daerah ampula tuba falopii. Bagian ini adalah bagian terluas pada saluran telur dan teretak dengan ovarium. Spermatozoa dapat bertahan hidup di dalam saluran reproduksi wanita selama kira-kira 24 jam. Spermatozoa bergerak dengan cepat dari vagina ke rahim dan selanjutnya masuk ke dalam saluran telur. Pergerakan naik ini disebabkan oleh kontraksi otot-otot uterus dan tuba. Perlu diingat bahwa pada saat sampai di saluran kelamin wanita, spermatozoa belum mampu membuahi osit. Mereka harus mengalami proses kapasitasi dan reaksi akrosom.
Kapasitasi adalah suatu masa penyesuaian di dalam saluran reproduksi wanita yang pada manusia berlangsung kira-kira 7 jam. Selama waktu itu, suatu gelembung glikoprotein dari protein-protein plasma semen dibuang dari selaput plasma yang membungkus daerah akrosom spermatozoa. Hanya sperma yang menjalani kapasitasi yang dapat melewati sel korona dan mengalami reaksi akrosom.
Reaksi akrosom terjadi setelah penempelan zona pelusida dan diinduksi oleh protein-protein zona. Reaksi ini berpuncak pada pelepasan enzim-enzim yang diperlukan untuk menembus zona pelusida antara lain akrosin dan zat serupa tripsin. Fase fertilisasi mencakup fase 1 (penembusan korona radiata), fase 2 (penembusan zona pelusida) dan fase 3 (fusi oosit dan membran plasma)
Tahap 1 Penembusan Korona Radiata
Dari 200 – 300 juta sperma yang dicurahkan ke dalam saluran kelamin wanita hanya 300 sampai 500 yang mencapai tempat pembuahan. Hanya satu diantaranya yang diperlukan untuk pembuahan, dan diduga bahwa sperma-sperma lainnya membantu sperma yang akan dibuahi untuk menembus sawar-sawar yang melindungi gamet wanita. Sperma yang mengalami kapasitasi dengan bebas menembus sel korona.
Tahap 2 Penembusan Zona Pelusida
Zona pelusida adalah sebuah perisai glikoprotein disekeliling telur yang mempermudah dan mempertahankan pengikatan sperma dan menginduksi reaksi akrosom. Pelepasan enzim-enzim akrosom memungkinkan sperma menembus zona pelusida sehingga akan bertemu dengan membran plasma oosit. Permeabilitas zona pelusida berubah ketika kepala sperma menyentuh permukaan oosit. Hal ini mengakibatkan pembebasan enzim-enzim lisosom dari granul-granul korteks yang melapisi membran plasma oosit. Pada gilirannya enzim-enzim ini menyebabkan perubahan sifat zona pelusida (reaksi zona) untuk menghambat penetrasi sperma dan membuat tak aktif tempat-tempat reseptor bagi spermatozoa pada permukaan zona yang spesifik spesies. Spermatozoa lain ternyata bisa menempel di zona pelusida tetapi hanya satu yang terlihat mampu menembus oosit.
Tahap 3 Penyatuan Oosit dan membran sel sperma
Segera setelah spermatozoa menyentuh membran sel oosit, kedua selput plasma sel tersebut menyatu. Karena selaput plasma yang membungkus kepala akrosom telah hilang pada saat reaksi akrosom, penyatuan yang sebenarnya terjadi adalah antara selaput oosit dan selaput yang meliputi bagian belakang kepala sperma. Pada manusia, baik kepala dan ekor spermatozoa memasuki sitoplasma oosit, tetapi selaput plasma tertinggal di permukaan oosit.
Segera setelah spermatozoa memasuki oosit, sel telur menanggapinya dengan cara yang berbeda.
1. Reksi kortikal dan zona. Sebagai akibat terlepasnya butir-butir kortikal oosit (a) selaput oosit tidak dapat ditembus lagi oleh spermatozoa lainnya dan (b) zona pelusida mengubah struktur dan komposisinya untuk mencegah penambatan dan penetrasi sperma. Dengan cara ii terjadinya polispermi dicegah.
2. Melanjutkan pembelahan mitosis kedua. Oosit menyelesaikan pembelahan meiosis keduanya segera setelah ada spermatozoa yang masuk. Salah satu dari sel anaknya hampir tidak mendapatkan sitoplasma dan dikenal sebagai badan kutub kedua, sel anak lainnya adalah oosit definitif. Kromosomnya (22+X) tersusun didalam sebuah inti vesikuler yang dikenal sebagai pronukleus wanita
3. Penggiatan metabolik sel telur. Faktor penggiat diperkirakan dibawa oleh spermatozoa. Penggiatan setelah penyatuan diperkirakan untuk mengulangi kembali peristiwa permulaan seluler dan molekuler yang berhubungan dengan awal embriogenesis.
Sementara itu spermatozoa bergerak terus maju hingga dekat sekali dengan pronukleus wanita. Intinya embengkak dan membentuk pronukleus pria sedangkan ekornya terlepas dan berdegenerasi. Secara morfologis, pronukleus wanita dan pria tidak dapat dibedakan dan sesudah itu mereka saling rapat erat dan kehilangan selaput inti mereka. Selama masa pertumbuhan, baik pronukleus pria maupun wanita (keduanya haploid), masing-masing pronukleus harus menggandakan DNA-nya. Jika tidak, masing-masing sel dalam zigot tahap dua sel tersebut akan mempunyai separuh dari jumlah DNA normal. Segera setelah sintesis DNA, kromosom tersusun dalam gelendong untuk mempersiapkan pembelahan mitosis yang normal. 23 kromosom ibu dan 23 kromosam ayah (rangkap) membelah memanjang pada sentromer dan kromatid-kromatid yang berpasangan tersebut saling bergerak ke arah kutub yang berlawanan, sehingga menyiapkan sel zigot yang masing-masing mempunyai jumlah kromosom dan DNA yang normal. Sementara kromatid-kromatid berpasangan bergerak ke arah kutub yang berlawanan, munculah satu alur yang dalam pada permukaan sel yang berangsur-angsur membagi sitoplasma menjadi 2 bagaian.
Hasil utama pembuahan adalah :
1. Pengembalian menjadi jumlah kromosom diploid lagi, separuh dari ayah dan separuhnya dari ibu. Oleh karena itu, zigot mengandung kombinasi kromosom baru yang berbeda dari kedua orang tuanya.
2. Penentuan jenis kelamin individu baru. Spermatozoa pembawea X akan menghasilkan satu mudigah wanita (XX), dan spermatozoa pembawa Y menghasilkan satu mudigah pria (XY). Oleh karena itu, jenis kelamin kromosom mudigah tersebut ditentukan saat pembuahan
3. Dimulainya pembelahan. Tanpa pembuahan, oosit biasanya akan berdegenerasi 24 jam setelah ovulasi.
Setelah zigot mencapai tingkat dua sel, ia menjalani serangkaian pembelahan mitosis, mengakibatkan bertambahnya jumlah sel dengan cepat. Sel yang menjadi semakin kecil pada setiap pembelahan ini dikenal sebagai blastomer. Sampai pada tingkat delapan sel, sel-selnya membentuk sebuah gumpalan bersusun longgar. Tetapi, setelah pembelahan ketiga, hubungan antara blastomer semkin rapat, sehingga membentuk sebuah bola sel yang padat yang disatukan oleh persambungan yang kuat. Proses ini yang dikenal sebagai pemadatan, memisahkan sel-sel bagian dalam yang saling berkomunikasi secara ekstensif dengan gap junction dari sel-sel bagain luar. Kira-kira 3 hari setelah pembuahan, sel-sel embrio yang termampatkan tersebut membelah lagi membentuk morula dengan 16 sel. Sel-sel bagian dalam morula merupakan massa sel dalam, sedangkan sel-sel sekitar membentuk massa sel luar. Massa sel dalam akan membentuk jaringan-jaringan embrio sebenarnya, sementara massa sel luar membentuk trofoblas yang kemudian ikut membentuk plasenta.
Kira-kira pada waktu morula memasuki rongga rahim, cairan mulai menembus zona pelusida masuk ke dalam ruang antar sel yang ada di massa sel dalam. Berangsur-angsur ruang antar sel menyat dan akhirnya terbentuklah sebuah rongga blastokel. Pada saat ini, mudigah dikenal sebagai blastokista. Sel-sel di dalam massa sel dalam yang sekarang disebut embrioblas terletak pada salah satu kutub, sedangkan selsel di massa sel luar ata trofoblas, menipis membentuk dinding epitel untuk blastokista. Zona pelusida kini sudah menghilang, sehingga implantasi bisa dimulai.
Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah pembelahan zigot. Hal ini dapat berlangsung oleh karena sitoplasma ovum mengandung banyak zat asam amino dan enzim. Segera setelah pembelahan ini terjadi, maka pembelahan-pembelahan selanjutnya berjalan dengan lancar dan dalam 3 hari terbentuk sel-sel yang sama besarnya. Hasil konsepsi berada dalam stadium morula. Energi untuk pembelahan ini diperoleh dari vitellus, hingga volume vitelus makin berkurang dan terisi seluruhnya oleh morula. Dengan demikian, zona pelusida tetap untuk atau dengan perkataan lain, besarnya hasil konsepsi tetap sama. Dalam ukuran yang sama ini ahsil konsepsi disalurkan terus ke pars istmika dan pars interstitialis tuba (bagian-bagian tuba yang mnyempit) dan terus ke arah kavum uteri oleh arus serta getaran silia pada permukaan sel-sel tuba dan kontraksi tuba. Dalam kavum uteri hasil konsepsi mencapai stadium blastula.
Pada stadium blastula ini sel-sel yang lebih kecil yang membentuk dinding blastula akan mejadi trofoblas. Denga demikian, blastula diselubungi oleh suatu simpai yang disebut trofobas. Trofoblas yang mempunyai kemampuan menghancurkan dan mencairkan jaringan menemukan endometrium dalam masa sekresi dengan sel-sel desidua. Sel-sel desidua ini besar-besar dan mengandung lebih banyak glikogen serta mudah dihancurkan oleh trofoblas. Blastula dengan bagian yang mengandung inner cell mass aktif mudah masuk ke dalam lapisan desidua dan luka pada desidua kemudian menutup kembali. Kadang-kadang pada saat nidasi yakni masuknya ovum ke dalam endometrium terjadi perdarahan pada luka desidua.
Spermatozoa yang mengelilingi ovum akan menghasilkan enzim hialuronidase, yaitu enzim yang memecah protoplasma pelindung ovum agar dapat menembus ovum dengan sedikit lebih mudah. Enzim tersebut merusak korona radiata dan memudahkan penembusan zona pellucida hanya untuk satu sperma saja. Badan dan ekor sperma terpisah dari kepala segera setelah masuk ke dalam ovum. Segera setelah kedua sel bersatu, kumparan kutub kedua dalam inti (nukleus) ovum mengalami pembelahan meiosis kedua dan mampu bersatu dengan inti sperma, sehingga terbentuk kromosom diploid (2n).
B. Perkembangan Janin di Rahim
1. Pembelahan
Menurut yatim (1990:155) pada manusia pembelahan terjadi secara holoblastik tidak teratur. Dimana bidang dan waktu tahap-tahap pembelahan tidak sama dan tidak serentak pada berbagai daerah zigot. Awalnya zigot membelah menjadi 2 sel, kemudian terjadi tingkat 3 sel, kemudian tingkat 4 sel, diteruskan tingkat 5 sel, 6 sel, 7 sel, 8 sel, dan terus menerus hingga terbentuk balstomer yang terdiri dari 60-70 sel, berupa gumpalan massif yang disebut morula.
Pembelahan atau segmentasi terjadi setelah pembelahan. Zigot membelah berulang kali sampai terdiri dari berpuluh sel kecil yang disebut blastomer. Pembelahan itu bias meliputi seluruh bagian, bias pula hanya sebagian kecil zigot. Pembelahan ini terjadi secara mitosis. Bidang yang ditempuh oleh arah pembelahan ketika zigot mengalami mitosis terus-menerus menjadi banyak sel, disebut bidang pembelahan. Ada 4 macam bidang pembelahan yaitu meridian, vertical, ekuator dan latitudinal
2. Blastulasi dan Nidasi
Setelah sel-sel morula mengalami pembelahan terus-menerus maka akan terbentuk rongga di tengah. Rongga ini makin lama makin besar dan berisi cairan. Embrio yang memiliki rongga disebut blastula, rongganya disebut blastocoel, proses pembentukan blastula disebut blastulasi.
Pembelahan hingga terbentuk blastula ini terjadi di oviduk dan berlangsung selama 5 hari. Selanjutnya blastula akan mengalir ke dalam uterus. Setelah memasuki uterus, mula-mula blastosis terapung-apung di dalam lumen uteus. Kemudian, 6-7 hari setelah fertilisasi embryo akan mengadakan pertautan dengan dinding uterus untuk dapat berkembang ke tahap selanjutnya. Peristiwa terpautnya antara embryo pada endometrium uterus disebut implantasi atau nidasi. Implantasi ini telah lengkap pada 12 hari setelah fertilisasi (Yatim, 1990: 136)
3. Gastrulasi
Menurut Tenzer (2000:212) Setelah tahap blastula selesai dilanjutkan dengan tahap gastrulasi. Gastrula berlangsung pada hari ke 15. Tahap gastrula ini merupakan tahap atau stadium paling kritis bagi embryo. Pada gastrulasi terjadi perkembangan embryo yang dinamis karena terjadi perpindahan sel, perubahan bentuk sel dan pengorganisasian embryo dalam suatu sistem sumbu. Kumpulan sel yang semula terletak berjauhan, sekarang terletak cukup dekat untuk melakukan interkasi yang bersifat merangsang dalam pembentukan sistem organ-organ tbuh. Gastrulasi ini menghasilkan 3 lapisan lembaga yaitu laisan endoderm di sebelah dalam, mesoderm disebelah tengah dan ectoderm di sebelah luar.
Dalam proses gastrulasi disamping terus menerus terjadi pembelahan dan perbanyakan sel, terjadi pula berbagai macam gerakan sel di dalam usaha mengatur dan menyusun sesuai dengan bentuk dan susunan tubuh individu dari spesies yang bersangkutan.
4. Tubulasi
Tubulasi adalah pertumbuhan yang mengiringi pembentukan gastrula atau disebut juga dengan pembumbungan. Daerah-daerah bakal pembentuk alat atau ketiga lapis benih ectoderm, mesoderm dan endoderm, menyusun diri sehingga berupa bumbung, berongga. Yang tidak mengalami pembumbungan yaitu notochord, tetapi masif. Mengiringi proses tubulasi terjadi proses differensiasi setempat pada tiap bumbung ketiga lapis benih, yang pada pertumbuhan berikutnya akan menumbuhkan alat (organ) bentuk definitif. Ketika tubulasi ectoderm saraf berlangsung, terjadi pula differensiasi awal pada daerah-daerah bumbung itu, bagian depan tubuh menjadi encephalon (otak) dan bagian belakang menjadi medulla spinalis bagi bumbung neural (saraf). Pada bumbung endoderm terjadi diferensiasi awal saluran atas bagian depan, tengah dan belakang. Pada bumbung mesoderm terjadi diferensiasi awal untuk menumbuhkan otot rangka, bagian dermis kulit dan jaringan pengikat lain, otot visera, rangka dan alat urogenitalia.
5. Organogenesis
Organogenesis atau morfogenesis adalah embryo bentuk primitif yang berubah menjadi bentuk yang lebih definitif dan memiliki bentuk dan rupa yang spesifik dalam suatu spesies. Organogensisi dimulai akhir minggu ke 3 dan berakhir pada akhir minggu ke 8. Dengan berakhirnya organogenesis maka ciri-ciri eksternal dan sistem organ utama sudah terbentuk yang selanjutnya embrio disebut fetus (Amy Tenzer,dkk, 2000)
Pada periode pertumbuhan antara atau transisi terjadi transformasi dan differensiasi bagian-bagian tubuh embrio dari bentuk primitif sehingga menjadi bentuk definitif. Pada periode ini embryo akan memiliki bentuk yang khusus bagi suatu spesies. Pada periode pertumbuhan akhir, penyelesaian secara halus bentuk definitif sehingga menjadi ciri suatu individu. Pada periode ini embrio mengalami penyelesaian pertumbuhan jenis kelamin, watak (karakter fisik dan psikis) serta wajah yang khusus bagi setiap individu. Organogenesis pada bumbung-bumbung:
Eksoderm terbagi atas epidermis dan neural
Epidermis
1. Lapisan epidermis kulit, dengan derivatnya yang bertekstur (susunan kimia) tanduk: sisik, bulu, kuku, tanduk, cula, taji.
2. Kelenjar-kelenjar kulit: kelenjar minyak bulu, kelenjar peluh, kelenjar ludah, kelenjar lender, kelenjar air mata.
3. Lensa mata, alat telinga dalam, indra bau dan indra peraba.
4. Stomodeum menumbuhkan mulut, dengan derivatnya seperti lapisan email gigi, kelenjar ludah dan indra pengecap.
5. Proctodeum menumbuhkan dubur bersama kelenjarnya yang menghasilkan bau tajam.
6. Lapisan enamel gigi.
Neural (saraf)
1. Otak dan sumsum tulang belakang.
2. Saraf tepi otak dan punggung.
3. Bagian persyarafan indra, seperti mata, hidung dan kulit.
4. Chromatophore kulit dan alat-alat tubuh yang berpigment.
Mesoderm
1. Otot : lurik, polos dan jantung.
2. Mesenkim yang dapat berdifferensiasi menjadi berbagai macam sel dan jaringan.
3. Gonad, saluran serta kelenjar-kelenjarnya.
4. Ginjal dan ureter.
5. Lapisan otot dan jaringan pengikat (tunica muscularis, tunica adventitia, tunica musclarismucosa dan serosa) berbagai saluran dalam tubh, seperti pencernaan, kelamin, trakea, bronchi, dan pembuluh darah.
6. Lapisan rongga tubuh dan selaput-selaput berbagai alat: plera, pericardium, peritoneum dan mesenterium.
7. Jaringan ikat dalam alat-alat seperti hati, pancreas, kelenjar buntu.
8. Lapisan dentin, cementum dan periodontum gigi, bersama pulpanya.
Endoderm
1. Lapisan epitel seluruh saluran pencernaan mulai faring sampai rectum.
2. Kelenjar-kelenjar pencernaan misalnya hepar, pancreas, serta kelenjar lender yang mengandung enzim dlam esophagus, gaster dan intestium.
3. Lapisan epitel paru atau insang.
4. Kloaka yang menjadi muara ketiga saluran: pembuangan (ureter), makanan (rectum), dan kelamin (ductus genitalis).
5. Lapisan epitel vagina, uretra, vesika urinaria dan kelenjar-kelenjarnya.
Pada minggu ke 5 embryo berukuran 8 mm. Pada saat ini otak berkembang sangat cepat sehingga kepala terlihat sangat besar. Pada minggu ke 6 embrio berukuran 13 mm. Kepala masih lebih besar daripada badan yang sudah mulai lurus, jari-jari mulai dibentuk. Pada minggu ke 7 embryo berukuran 18 mm, jari tangan dan kaki mulai dibentuk, badan mulai memanjang dan lurus, genetalia eksterna belum dapat dibedakan. Setelah tahap organogenesis selesai yaitu pada akhir minggu ke 8 maka embrio akan disebut janin atau fetus dengan ukuran 30 mm.
III. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN FETUS
A. Pertumbuhan Fetus
Umur fetus (janin) yang sebenarnya, harus dihitung dari saat fertilisasi atau karena fertilisasi selalu berdekatan dengan ovulasi, sekurang-kurangnya dari saat ovulasi. Dalam praktek, tuanya kehamilan dihitung dari haid yang terakhir. Sesuai dengan tingkat pertumbuhannya, berbagai nama diberikan pada anak yang dikandung itu.
1. Ovum : Umurnya dari 0-2 minggu setelah fertilisasi.
2. Embrio : Umurnya dari 3-5 minggu, mulai terjadi pembentukan alat- alat badan dalam bentuk dasar.
3. Fetus : Janin yang sudah mempunyai bentuk manusia.
Pertumbuhan fetus (janin) dipengaruhi oleh :
1. Faktor ibu, seperti :
Tinggi badan
Keadaan gizi
Tingginya tempat tinggal
Peminum atau perokok
Kelainan pembuluh darah
Kelainan uterus
Kehamilan ganda
2. Faktor anak, seperti :
Jenis kelamin
Kelainan genetis
Infeksi intrauterin terutama oleh virus
Kelainan kongenital lainnya
3. Faktor Plasenta, seperti :
Insuffisiensi dari plasenta dapat menyebabkan malnutrition intrauterin
Minggu ke-4 panjang kepala-bokong sekitar 44 mm dan meningkat 1 mm perhari sampai 30 mm antara Minggu ke-8 dan 28, pertumbuhan meningkat pesat menjadi sekitar 1,5 mm perhari, hingga periode ini dikenal sebagai periode pertumbuhan janin.
Pertumbuhan janin adalah hasil dari interaksi antara dorongan genetik untuk tumbuh dan penyediaan nutrisi selama kehamilan untuk menunjang dorongan tersebut yang melibatkan interaksi dinamis antara janin plasenta dan ibunya.
B. Perkembangan Fetus
Hasil konsepsi terpendam dalam endometrium uterus, mendapat makanan dari darah ibu, selama 10 minggu organ-organ terbentuk. Embrio terbungkus dalam dua membran sebelah dalam amnion dan sebelah luar korion. Selama perkembangan 8 minggu pertama, terbentuk plasenta sehingga fetus akan terikat oleh tali pusar.
Permulaan periode embrional sebagai mulainya Minggu ke-3 setelah ovulasi. Akhir periode embrional dan mulainya periode janin ditetapkan oleh sebagian ahli embriologi, terjadi 8 minggu setelah fertilisasi, atau 10 minggu setelah mulainya periode menstruasi terakhir.
Pada akhir Minggu ke-8 ini, tubuh bayi mulai terbentuk, dan kini disebut fetus (berasal dari bahasa latin yang berarti keturunan) atau janin. Pada usia ini, fetus berukuran kira-kira 3,5 cm dan terus tumbuh cepat hingga Minggu ke-20, baru kemudian laju pertumbuhannya melambat. Kepalanya tampak besar jika dibandingkan dengan tubuhnya tapi wajahnya mulai terbentuk. Matanya lebih besar dan kini terletak di bagian depan muka untuk mempersiapkan kemampuan melihatnya. Pembuluh air mata juga telah terbentuk pada Minggu ke delapan dan telinganya yang terletak di leher berlahan-lahan jari-jari tangan dan kaki tampak jelas meskipun masih diliputi selaput tipis.
Walaupun jenis kelamin bayi telah ditentukan sejak konsepsi, namun belum dapat diketahui hingga Minggu ke-9 setelah alat kelaminnya muncul, dan jenis kelaminnya dapat dibedakan sejak fetus berusia 12 minggu. Pada Minggu ke-12 fetus sudah terbentuk sempurna, kini panjangnya sekitar 8,5 cm. Kantong amniotik berisi 100 ml cairan amniotik. Kepala fetus kini tampak membulat, leher dan wajahnya telah terbentuk, dan telinganya sudah berada di tempat yang tepat. Bila dahi fetus disentuh, maka kepalanya akan berpaling dan keningnya berkerut. Fetus telah mampu menelan dan menggerakkan bibir atasnya. Kini bagian luar alat kelamin fetus sudah cukup berkembang sehingga sudah bisa dilihat dan ditetapkan jenis kelaminnya.
Pertumbuhan tangan janin pada Minggu ke-12 yakni mula-mula berupa kuncup di ujung lengan lalu diakhir Minggu ke-4 pada Minggu ke-6 tampak seperti dayung beralur-alur yang kelak akan berbentuk jari, Lalu jaringan alur-alur tadi memecah dan membentuk jari-jari dan pada Minggu ke-7, jari-jari telah terbentuk Ujungnya tampak bengkak , karena pembentukan lapisan peraba. Kuku jari berbentuk, mulai Minggu ke-10; mula-mula dilapisi selaput kulit tipis, tapi kukunya belum sempurna hingga usia janin mencapai Minggu ke-32. Pada Minggu ke-12 jari-jari janin telah berbentuk seluruhnya.
Pada usia 16 minggu panjang janin sekitar 14 cm, beratnya sekitar 130g, tubuhnya ditumbuhi bulu-bulu halus yang disebut lanugo (latin : lana, wol). Fungsi lanugo belum diketahui. Mula-mula lanugo tumbuh pada alis mata dan bibir bagian atas tapi pada minggu ke 20 mulai menutupi seluruh tubuh.
Pada Minggu ke 16, vernix caseosa, sal licin berwarna putih mulai terbentuk.
Dapat terlihat jelas di wajah dan kulit kepala pada Minggu ke 18. mula-mula muncul di punggung, rambut dan lipatan sendi, namun kemudian menutupi seluruh tubuh. Lapisan luar yang terbentuk pada bagian kulit tapak kaki dan jari-jarinya, juga tangan dan jari-jarinya memiliki pola khusus pada setiap manusia. Pada Minggu ke 28, panjang fetus menjadi kira-kira 1,1 kg. Antara Minggu ke 26 dan 29, kelopak matanya sudah tumbuh, sementara rambut di kepalanya sudah panjang, lanugo mulai menghilang dan warna kulitnya berubah dari merah menjadi warna kulit manusia umumnya. Pada Minggu ke 28, testis bayi lelaki yang mulanya di perut mulai turun ke bawah, dan mencapai scrotum pada Minggu ke 32, testis pada bayi.
Tabel perkembangan fetus
Usia Keterangan
bulan ke 3
panjangnya 40 mm
Janin sudah mempunyai sistem organ seperti yang dipunyai oleh orang dewasa.
genitalnya belum dapat dibedakan antara jantan dan betina dan tampak seperti betina serta denyut jantung sudah dapat didenga
bulan ke 4 panjang 56 mm
Kepala masih dominan dibandingkan bagian badan
genitalia eksternal nampak berbeda.
minggu ke 16 semua organ vital sudah terbentuk. Pembesaran uterus sudah dapat dirasakan oleh ibu.
bulan ke 5
panjang112 mm
akhir bulan ke 5 ukuran fetus mencapai 160 mm.
Muka nampak seperti manusia dan rambut mulai nampak diseluruh tubuh (lanugo).
Pada yang jantan testis mulai menempati tempat dimana ia akan turun ke dalam skrotum
Gerakan janin sudah dapat dirasakan oleh ibu
Paru-paru sudah selesai dibentuk tapi belum berfungsi.
bulan ke 6
ukuran tubuh sudah lebih proporsional tapi nampak kurus
organ internal sudah pada posisi normal
bulan ke 7 janin nampak kurus, keriput dan berwarna merah
Skrotum berkembang dan testis mulai turun untuk masuk ke skrotum, hal ini selesai pada bulan ke 9.
system saraf berkembang sehingga cukup untuk mengatur pergerakan fetus, jika dilahirkan 10% dapat bertahan hidup
Bulan ke 8 testis ada dalam skrotum dan tubuh mulai ditumbuhi lemak sehingga terlihat halus dan berisi
Berat badan mulai naik jika dilahirkan 70% dapat bertahan hidup.
bulan ke 9 janin lebih banyak tertutup lemak (vernix caseosa
Kuku mulai nampak pada ujung jari tangan dan kaki.
Bulan ke 10 tubuh janin semakin besar maka ruang gerak menjadi berkurang dan lanugo mulai menghilang
Percabangn paru lengkap tapi tidak berfungsi sampai lahir.Induk mensuplai antibodi plasenta mulai regresi dan pembuluh darah palsenta juga mulai regresi.
C. Perkembangan Sistem Organ
1. Susunan Saraf Pusat
Neurulasi adalah pembentukan lempeng neural (neural plate) dan lipatan neural (neural folds) serta penutupan lipatan ini untuk membuat neural tube, yang terbenam ke dalam dinding tubuh dan berdiferensiasi menjadi otak dan korda spinalis. Neural tube terbentuk sempurna pada akhir Minggu ke 4. notokord yang sedang terbentuk memicu ektoderm di atasnya untuk menebal dan membentuk lempeng neural, yaitu lempeng sel neuroepitel yang mirip sandal dan meninggi. Lempeng ini menghasilkan susunan sarap pusat.
Pada pertengahan Minggu ke 3, timbul neural groove (arul neural) di bagian tengah lempeng meural. Di kedua sisi alur terdapat lipatan neural yang membesar di ujung kranial sebagai awal pembentukan otak. Mesoderm paraksial berdiferensiasi untuk membentuk pasangan blok jaringan / somit. Somit berdiferensiasi menjadi sklerotom, miotom dan dermtom, yang masing-masing menghasilkan tulang rangka sumbu, otak rangka dan dermis kulit. Jumlah somit menunjukkan usta mudtgah. Organ sensorik untuk janin berkembang sekitar pertengahan masa gestasi.
2. Sistem Pencernaan
Antara Minggu ke 6 dan 8 perkembangan proliferasi sel epitel yang melapisi bagian dalam lumen menyebabkan obliterasi yang kemudian secara bertahap mengalami regionalisasi. Pertumbuhan awal usus sangat cepat sehingga usus keluar ke dalam rongga amnion. Enzim pencernaan terdapat di sekitar Minggu ke 24 – 28, dengan pengecualian laktasi. Koordinasi peristaltik usus janin mulai jelas pada Minggu ke 14. Pada Minggu ke 34 sudah terjadi koordinasi mengisap, menelan, dan peristalsis. Usus mulai menghasilkan mukus yang akhirnya akan diperlukan untuk melancarkan lewatnya makanan dan fases selama transit. Mukus menumpuk di usus janin sebagai mekonium.
3. Wajah
Wajah terbentuk antara Minggu ke 5 dan 12 dari arkus brakialis. Hidung tumbuh sebagai pilar jaringan mata terbentuk dari kombinasi jaringan saraf dan ektoderm khusus. Telinga mula-mula terletak rendah. Di bawah hidung tonjolan maksilaris meluas untuk membentuk dasar hidung dan atap mulut. Bibir atas terbentuk dari tonjolan yang meluas untuk bertemu di bagian tengah. Fusi prosesus maksilaris yang tidak memadai menyebabkan malformasi kongenital mulut fusi palatuom sempurna pada Minggu ke 11.
4. Tengkorak
Tengkorak terbentuk dari jaringan mesenkim di sekitar otak. Tengkorak di bentuk dari neurokranium yang melindungi otak dan viserokranium yang membentuk kerangka wajah. Tiap-tiap elemen tengkorak ini memiliki komponen dan kartilaginosa pada janin. Tulang datar pada kavaria disatukan untuk sutura fibrosa lunak yang berbuat dari jaringan ikat padat yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Di t4 sutura-sutura bertemu terbentuk enam fontanel (ubun-ubun) membranosa besar. Fontanel posterior menutup sekitar 3 bulan setelah lahir dan fontanel posterior menutup saat bayi berusia sekitar 18 bulan.
5. Sistem Kardiovaskular
Merupakan sistem yang pertama terbentuk beberapa sel di mosederm yolk sac kehilangan perlekan dan mulai bergerak membentuk kelompok yang disebut pulau darah. Pulau-pulau darah menyatu, membentuk saluran pembuluh darah yang saling berhubungan untuk membentuk rute yang jelas. Organisasi rute melintas yolk sac serupa dengan organisasi geografis delta sungai tempat arus lemah berkonvolusi dan bergabung.
Jantung primitif berkembang dari “tapal kuda” mesoderm embrionik. Sebelah anterior lempeng prokrodal dan membentuk dua saluran di tiap sisi usus depan membentuk sebuah tabung jantung tunggal. Atrium primitif terbentuk saat aliran dari vena umbilikus dan plasenta menyatu dengan pembuluh darah dari kepala hingga menghasilkan volume darah terbesar. Bentuk khas jantung dihasilkan oleh aliran sel darah di dalam saluran pembuluh yang menyebabkan tabung jantung mengambil bentuk lengkung huruf S yang akhirnya berbentuk jantung.
Pada hari ke-21 sel yang mengelilingi jantung berdiferensi menjadi sel miokardium yang mampu menghasilkan respons hingga jantung yang terdiri atas 4 rongga berurutan mulai berdenyut. Susunan matang rongga jantung tercapai oleh pertumbuhan ke dalam septum ke arah bantalan atrioventrikel sentral di bagian tengah. Pertumbuhan jantung janin sebagian bergantung pada after load yang meningkat oleh faktor yang menyebabkan peningkatkan impedansi plasenta.
6. Sistem Pernafasan
Trakea dan bronkus utama tumbuh sebagai kantung keluar pada saluran pencernaan, perkembangannya bergantung pada interaksi antara tonjolan endoderm dari usus depan yang sedang tumbuh dan mesoderm splantik yang diinvasinya sekitar hari ke-22 dan mengalami percabangan antara hari ke-26 dan 28. Pada Minggu ke-5 perkembangan terbentuk tonjolan sekunder di cabang kanan x 2 di cabang kiri, yaitu lobus primitif paru. 4 tahapan dalam perkembangan sistem pernafasan ; fase mudigah (dari Minggu ke 3-ke 37), fase pseu dokanalikularis (Minggu ke-7 – ke-16), fase kanalikularis (mg 16 – ke 24) dan kantung terminal (mg ke 24 sampai lahir)
7. Sistem Perkemihan
Berkembang dari mesoderm intermeitat dan saling berkaitan erat dengan kelamin selama perkembangan masa janin terbentuk 3 pasang ginjal ; pronetroi, mesonefroi dan metanefroi.
1. Pronetroi merupakan struktur transien nonfungsional yang muncul hanya selama beberapa Minggu
2. Mesonefroi muncul pada Minggu ke-4 berfungsi sebagai ginjal antara sampai akhir periode mudigah
3. Metanefro 5 terbentuk mulai Minggu ke-5 dan mulai berfungsi sekitar 4 minggu kemudian
Janin menghasilkan sampai sampai 600 ml urine perhari. Urine menjadi sumber utama cairan amnion dan juga dihasilkan oleh membran amnion dan paru janin. Janin menelan sebagian besar cairan amnion
8. Otot dan Tungkai
Otot yang pertama terbentuk : otot punggung dari pasangan somit. Pembentukan tulang berkaitan erat dengan pertumbuhan otot dan sambungan saraf dari korda spinalis. Anggota badan mulai tampai sebagai tonjolan yang berkaitan dengan somit tertentu pada Minggu ke-4 perkembangan. Tonjolan anggota badan dibentuk dari migrasi sel otot dari miotom. Osifikasi perubahan ke struktur tulang dimulai sejak usia 8 minggu tapi tetap belum sempurna saat lahir. Menonjolnya jumlah tulang rawan di kerangka, mempermudah pengeluaran janin saat melahirkan. Pada Minggu ke-9 kerangka tubuh hampir sempurna walaupun tulang tengkorak masih terus dibentuk.
D. Proses Terbentuknya janin laki-laki dan perempuan
Proses terbentuknya janin laki-laki dan perempuan dimulai dari deferensiasai gonad. Awalnya sel sperma yang berkromosom Y akan berdeferensiasi awal menjadi organ jantan dan yang X menjadi organ betina. Deferensiasi lanjut kromosom Y membentuk testis sedangkan kromosom X membentuk ovarium. Proses deferensiasi menjadi testis dimulai dari degenerasi cortex dari gonad dan medulla gonad membentuk tubulus semineferus. Di celah tubulus sel mesenkim membentuk jaringan intertistial bersama sel leydig. Sel leydig bersama dengan sel sertoli membentuk testosteron dan duktus muller tp duktus muller berdegenerasi akibat adanya faktor anti duktus muller, testosteron berdeferensiasi menjadi epididimis, vas deferent, vesikula seminlis dan duktus mesonefros. Karena ada enzim 5 alfareduktase testosteron berdeferensiasi menjadi dihidrotestosteron yang kemudian pada epitel uretra terbentuk prostat dan bulbouretra. Selanjutnya mengalami pembengkakan dan terbentuk skrotum. Kemudian testis turun ke pelvis terus menuju ke skrotum. Mula-mula testis berada di cekukan bakal skrotum saat skrotum makin lama makin besar testis terpisah dari rongga pelvis.
Sedangkan kromosom X yang telah mengalami deferensiasi lanjut kemudian pit primer berdegenerasi membentuk medula yang terisi mesenkim dan pembuluh darah, epitel germinal menebal membentuk sel folikel yang berkembang menjadi folikel telur. Deferensiasi gonad jadi ovarium terjadi setelah beberapa hari defrensiasi testis. Di sini cortex tumbuh membina ovarium sedangkan medula menciut. PGH dari placenta mendorong pertumbuhan sel induk menjadi oogonia, lalu berplorifrasi menjadi oosit primer. Pada perempuan duktus mesonefros degenerasi. Saat gonad yang berdeferensiasi menjadi ovarium turun sampai rongga pelvis kemudian berpusing sekitar 450 letaknya menjadi melintang.
Penis dan klitoris awalnya pertumbuhannya sama yaitu berupa invagina ectoderm. Klitoris sebenarnya merupakan sebuh penis yang tidak berkembang secara sempurna. Pada laki-laki evagina ectoderm berkembang bersama terbawanya sinus urogenitalis dari cloaca.
IV. PLASENTA
Plasenta pada umumnya:
1. Bentuk bundar atau oval
2. Diameter 15-25 cm,tebal 3-5 cm
3. Berat rata-rata 500-600 gr
4. Insersi tali pusat dapat di tengah/sentralis, di samping/lateralis atau di ujung tepi/marginalis
5. Di sisi ibu, tampak daerah yang agak menonjol (kotiledon) yang diliputi selaput tipis desidua basalis
6. Di sisi janin,tampak tampak sejumlah arteri dan vena besar(sinus)menuju tali pusat.Korion diliputi oleh omnion.
7. Sirkulasi darah ibu di plasenta sekitar 300cc/menit (20 mnggu) meningkat sampai 600-700 cc/mnt (aterm)
A. Anatomi
1. Stuktur plasenta:
Permukaan maternal
Terletak setelah uerus,terkubur dalam desidua.Villi chorion tersusun dalam lobi atau cotyledon. Alur-alur yang memisahkan cotyledon disebut sulci. Berwarna merah gelap. Spatia intervillosa berisi kira-kira 150 ml darah yang diganti paling sedikit tiga kali setiap menit.
Permukaan fetal
Permukaan ini menghadap bayi di dalam kandungan dan dapat dibedakan pada pengamatan setelah kelahiran dengan warnanya yang abu-abu kebiruan dan permukaan yang halus dan mengkilap. Funiculus umbilicalis berinsersi pada permukaan ini, biasanya di bagian tengah,dan pembuluh-pembuluh darah dapat dilihat menyebar dari funiculus umbilicalis kemudian menghilang karena terkubur di dalam plasenta sebelum mencapai tepi plasenta.
2. Bagian-bagian plasenta:
a. Kotiledon, daerah yang menonjol kea rah uterus pada plasenta dengan alur-alur yang disebut sulci.
b. Membran Amnion, merupakan membrane trasparan yang kuat dan sangat sulit dirobek. Membran ini membatasi cavitas amniotica dan mensekresi cairan amnion.
c. Chorion membrane yang tipis dan rapuh dan dilapisi oleh sel mesoderm di bagian dalam.
d. Arteri umbilikalis spiral
e. Vena umbilikalis sentralis
f. Tali pusat
g. Sinus marginalis, suatu ruang vena tempat menampung darah yang berasal dari ruang interviller.
h. Pembuluh darah ibu
i. Septum plasenta
j. Stratum spongomosium
k. Jelly Whartons
B. Fungsi plasenta
Pada prinsipnya plasenta fungsi plasenta adalah menjamin kehidupan dan pertumbuhan janin yang baik.
Fungsi plasenta:
Sistem pertukaran
Nutrien : Memberikan bahan makanan pada janin.
Ekskresi : Mengalirkan keluar sisa metabolisme janin
Respirasi : Memberikan O2 dan mengeluarkan CO2 janin
Endokrin : Menghasilkan hormon-hormon
Imunologi : Menyalurkan berbagai komponen antibodi ke janin
Farmakologi : Menyalurkan obat-obatan yang mungkin diperlukan janin
yang diberikan melalui ibu
Proteksi : Barrier terhadap infeksi bakteri dan virus
C. Perkembangan Plasenta
1. Morula
Perkembangan plasenta dimulai dari pertumbuhan morula.Morula dihasilkan dengan reproduksi yang berlanjut dari sel-sel zigot sehingga menyrupai buah murbei. Pembelahan sel ini dibantu oleh progesteron dari corpus luteum yang bersama-sama dengan estrogen menyiapkan endometrium untuk menerima ovum yang telah dibuahi pada stadium delapan sel, morula ini mempunyai diameter kira-kira 2 mm dan mengandung lebih dari 1000 macam protein. Morula ini masih berada dalam cangkangnya, dan ditopang oleh sitoplasamanya sendiri yang mengandung progesteron
2. Hari ke 6-7
Morula yang sedang tumbuh ini mendekati endometrium yang berada fase sekresi. Morula tadi mulai masuk ke dalam endometrium.
Pada akhir minggu pertama, sejumlah sel dalam pada morula mulai mengalami disintegrasi,meninggalkan ruang yang terisi cairan. Sel ini sekarang disebut blastocyst.
3. Hari ke 7-8
Sel-sel trofoblas yang terletak di atas embrioblas yang berimplentasi di endometrium dinding uterus, mengadakan proliferasi dan berdiferensiasi menjadi dua lapis yang berbeda:
1. Sitotrofoblas : terdiri dari selapis sel kuboid, batas jelas,intin tunggal,di sebelah dalam (dekat embrioblas)
2. Sinsiotrofoblas : terdiri dari selapis sel tanpa batas jelas, di sebelah luar(berhubungan dengan stroma endometrium). Unit trofoblas ini akan berkembang menjadi Plasenta.
Di antara massa embrioblas dengan lapisan sitotrofoblas terbentuk suatu celah yang makin lama makin besar, yang nantinya akan menjadi Rongga Amniom.
Sel-sel embriblas juga berdiferensiasi menjadi dua lapis yang berbeda:
1. Epiblas : Selapis sel kolumnar tinggi, di bagian falm, berbatasan dengn bakal rongga amnion
2. Hipoblas : Selapis sel kuboid kecil,di bagian luar,berbatasan dengan rongga blatokista (bakal ronnga kuning telur). Unit sel-sel blast ini akan berkambang menjadi janin.
Pada kutub embrional, sel-sel dari hipoblas membentuk selaput tipis yang membatasi bagian dalam sitotrofoblas (selaput Heuser). Selaput ini bersama dengan hipoblas membentuk dindin g bakal yolk sac(kandung kuning telur). Rongga terjadi disebut rongga eksoselom (exocelome space) atau kandung kuning telur sederhana. Dari struktur-struktur tersebut kemudian akan terbentuk
Kandung kuning telur,lempeng korion,dan rongga korion. Pada lokasi bekas implantasi blastokista di permukaan dinding uterus terbentuk lapisan fibrin sebagai bagian dari proses penyembuhan luka. Jaringan endometrium di sekitar blastokista yang berimplantasi yang berimplantasi mengalami reaksi desidua,berupa hipersekresi,peningkatan lemak dan glikogen, serta edema. Perubahan ini kemudian meluas ke seluruh bagian endometrium dalam kavum uteri.Pada stadium ini,zigot berada dalam stadium bilaminar (cakram berlapis dua).
4. Hari ke 8-9
Terbentuk rongga-rongga vakuola yang banyak pada lapisan sinsiotrofoblas (selanjutnya disebut sinsitium) yang akhirnya disebut stadium berongga (lacunar stage). Pertumbuhan sinsitium ke dalm stroma endometrium makin dalam kemudian terjadi pengrusakan endotel kapilaer sekitarnya, sehingga rongga-rongga sinsitium tersebut dialiri masuk oleh darah ibu membentuk sinusoid-sinusoid. Peristiwa ini menjadi awal terbentuknya sitem sirkulasi ultraplasenta/sistem sirkulasi feto-maternal. Sementara itu, di antara lapisan dalam sitotrofoblas dengan selapis sel selaput Heuser,terbentuk sekelompok sel baru yang berasal dari trofoblas dan membentuk jaringan penyambung yang lembut,yang disebut mesoderm ekstraembrional.Bagian yang berbatasan dengan sitotrofoblas disebut mesoderm ekstraembrional somato pleural,kemudian akan menjadi selaput korion (chorionic plate). Bagian yang berbatasan dengan selaput Heuser dan menutupi bakal yolk sac disebut mesoderm ekstraembrional splanknopleural.
5. Menjelang Hari 13-14
Seluruh lingkaran blatokista telah terbenam dalam uterus dan diliputi pertumbuhan trofoblas yang telah dialiri darah ibu. Di dalam lapisan mesoderm ekstraembrional juga terbentuk celah-celalah yang makin lama makin besar dan bersatu sehingga terjadi rongga yang memisahkan kandung kuning telur makin jauh dari sitotrofoblas. Rongga ini disebut rongga selom ekstraembrional (extraembryonal coelomic space) atau rongga korion (chorionic space). Di sisi embrioblas (kutub embrional), tampak sel-sel kuboid lapisan sitotrofoblas mengadakan invasi ke arah lapisan sinsitium membentuk sekelompok sel yang dikelilingi sinsitium disebut jonjot-jonjot primer (primary stem villi). Villi menyebabkan pecahnya vasa-vasa darah maternal saat bangunan-bangunan tadi mengerosi jaringan endometrium dan ruang-ruang tadi dengan demikian akan terisi dengan darahj materna
6. Minggu ke-3
Selama minggu ke-3 terjadi percabangan villi chorion primitive.Cabang-cabang ini disebut villi chorion primitif sekunder,dan di dalamnya mulai terbentuk pembuluh darah. Disebut villi korion tersier apabila jonjot-jonjot yang tadinya hanya selular kemudian menjadi suatu jaringan vaskular. Rongga korion makin luas sehingga jaringan embrional makin terpisah dari selaput korion,hanya dihubungkan oleh sedikit jaringan mesoderm yang kemudian menjadi tangkai penghubung (connecting stalk) yang kemudian berkembang menjadi tali pusat.
Vasa di dalam tangkai ini berkembang untuk membentuk dua arteri umbilicalis dan satu vena umbilicalis untuk fetus.Sejumlah villi korion terus terkubur lebih dalam di dalam desidua dan disebut villi anchorales (anchoring villi). Villi anchorales ini tidak mengandung pembuluh darah karena fungsinya hanyalah menstabilkan plasenta yang sedang berkembang. Villi yang lain dipercabangkan di sini dan ruang-ruang antara villi-villi disebut spatia intervillosa.
Setelah infiltrasi pembuluh darah trofoblas ke dalam sirkulasi uterus,seiring dengan perkembangan trofoblas menjadi plasenta dewasa,terbentuklah komponen sirkulasi utero-plasenta. Melalui pembuluh darah tali pusat,sirkulasi utero-plasenta dihubungkan dengan sirkulasi janin.Meskipun demikian,darah ibu dan darah janin tidak bercampur menjadi satu (system hemochorial) tetap terpisah oleh dinding pembuluh darah janin dan chorion. Dengan demikian, komponen sirkulasi dari ibu (maternal) berhubungan dengan komponen sirkulasi dari janin (fetal) melalui plasenta dan tali pusat. Sistem ini disebut sirkulasi feto-maternal.
Desidua berdiferensiasi menjadi 3 daerah:
1. Desidua basalis terletak di bawah daerah tempat villi korion mula-mula terkubur.
2. Desidua capsularis terletak di atas saccus embryonalis.
3. Desidua vera (parientalis) menutupi sisa cavitas uteri.
7. Minggu ke-5
Plasenta mensekresikan hormone chorionic somatomammotropin dan sekresinya meningkat progresif sepanjang sisa kehamilan.
Fungsinya antara lain:
• Bila diberikan kepada beberapa jenis hewan tingkat rendah yang berbeda, human chorionic somatomammotropin sedikitnya akan menyebabkan perkembangan sebagian mammae dan pada beberapa keadaan menyebabkan laktasi.
• Hormon ini mempunyai kerja yang lemah yang serupa dengan hormone pertumbuhan yang menyebabkan deposit protein dengan cara yang sama seperti hormone pertumbuhan.
• Menyebabakan penurunan sensitivitas insulin dan menurunkan penggunaan glukosa pada ibu.
• Meningkatkan pelepasan asam lemak bebas dari cadangan makanan ibu sehingga menyediakan sumber energi pengganti untuk metabolisme ibu.
8. Minggu ke-8
Sampai minggu ke-8 kehamilan, villi korion mengelilingi seluruh saccus embryonalis. Dari akhir minggu ke-8, plasenta primimtif telah mensekresi estrogen, progesteroon, dan relaksin.
Chorionic leave
Desidua capsularis terus-menerus terdorong keluar ke dalam cavitas uteri sampai desidua taditerletak berdekatan dengan desidua vera. Saat korion leave terletak pada permukaan dalam desidua capsularis, maka korion ini juga melapisi cavitas uteri dan berkembang untuk membentuk membrane plasenta yang disebut chorion.
Chorion frondusum
Villi yang tertanam dalam di dalm desidua basalis akan terikat erat pada kehamilan 12 minggu sehingga menstabilkan plasenta yang sedang berkembang.
9. Minggu ke-9
Pada saat villi korion tertanam di dalam dinding uterus,maka dihasilkan hormone yang disebut gonodotrofin chorion (chorionic gonodotrofin atau hCG).
10. Minggu ke-14
Struktur plasenta berkembang penuh dan plasenta tadi menempati kira-kira sepertiga dinding uterus.
11. Minggu ke-16
Dari minggu ke-16 dan seterusnya maka jumlah dan ukuran vasa darah meningkat sedangkan dinding-dinding villinya menjadi lebih tipis sehingga selama trimester tengah,permeabilitas plasenta meningkat.Walaupun demikian,selama 4 minggu terakhir kehamilan,vasa tadi berkurang lagi karena terdapat deposit (timbunan) fibrin di dalam jaringan-jaringan ini.
12. Minggu ke-20
Setelah minggu ke-20,plasenta terus bertambah luas,tetapi tidak bertambah tebal, sampai pada kehamilan cukup umur (a’term) diameternya kira-kira 23 cm, merupakan organ yang bulat, datar, dengan ketebalan 2 cm di bagian tengahnya,tetapi lebih tipis di bagian tepinya.
D. Tali pusat
Mesoderm connecting stalk yang juga memiliki kemampuan angiogenik,kemudian akan berkembang menjadi pembuluh darah dan connecting stalk tersebut akan menjadi tali pusat. Pada tahap awal perkembangan,rongga perut masih teralalu kacil untuk usus yang berkembang sehingga sebagian usus terdesak ke dalam rongga selom ekstraembrional pada tali pusat. Pada sekitar akhir bulan ketiga,penonjolan lengkung usus (intestional loop) ini masuk kembali ke dalam rongga abdomen janin yang telah membesar.
Kandung kuning telur dan tangkai kandung kuning telur (ductus vitellinus) yang terletak dalam rongga korion, yang juga tercakup dalam connecting stalk, juga tertutup bersamaan dengan proses semakin bersatunya amnion dengan korion.
Setelah struktur lengkung usus,kandung kuning telur dan duktus vitellinus menghilang,tali pusat akhirnya hanya mengandung pembuluh darah umbilical (2 arteri umlikalis dan 1 vena umbilikalis) yang menghubungkan sirkulasi janin dengan plasenta.Pembuluh darah umbilical ini diliputi oleh mukopolisakarida yang disebut Wharton’s jelly.
Selaput Janin (Amnion dan Korion)
Pada minggu-minggu pertama perkembangan, villi meliputi seluruh lingkaran
permukaan korion. Dengan berlanjutnya kehamilan :
• Jonjot pada kutub embrional memebentuk struktur korion lebat seperti semak-semak (chorion frondusum) sementara
• Jonjot pada kutub abembrional mengalami degenerasi,menjadi tipis dan halus disebut chorion leave.
Seluruh jaringan endometrium yang telah mengalami reaksi desidua juga mencerminkan perbedaan pada kutub embrional dan abembrional pada minggu ke-3. Antara membrane korion dengan membran amnion terdapat rongga korion. Dengan berlanjutnya kehamilan, rongga ini tertutup akibat persatuan membran amnion dan membrane korion. Selaput janin selanjutnya disebut sebagai membrane korion-amnion (amniochorionic membrane). Kavum uteri juga terisi oleh konsepsi sehingga tertutup oleh persatuan chorion leave dengan desidua parientalis.
E. Cairan Amnion
Rongga yang diliputi selaput janin disebut sebagai rongga amnion.Di dalam ruangan ini terdapat cairian amnion (likuor amnii).Asal cairan amnion diperkirakan terutama disekresi oleh dinding selaput amnion/plasenta, kemudian setelah sistem urinarius janin terbentuk, urin janin yang diproduksi juga di keluarkan ke dalam rongga amnion.
Fungsi cairan amnion:
• Proteksi : melindungi janin terhadap trauma dari luar
• Mobilisasi : memungkinkan ruang gerak bagi janin
• Homeostatis : menjaga keseimbangan suhu dan lingkungan asam-basa dalam rongga amnion,untuk suasana lingkungan yang optimal bagi janin
• Mekanik : menjaga keseimbangan tekanan dalam seluruh ruangan intrauterine
• Pada persalinan : membersihkan/melicinkan jalan lahir,dengan cairan yang steril sehingga melindungi bayi dari kemungkinan infeksi jalan lahir
Keadaan normal cairan amnion :
1. Pada usia kehamilan cukup bulan,volume 1000-1500 cc
2. Keadaan jernih agak keruh
3. Steril
4. Bau khas, agak manis dan amis
5. Terdiri dari 98-99% air,1-2% garam-garam anorganik dan bahan organik (protein terutama albumin), runtuhnya rambut laguno, vernix caseosa dan sel-sel epitel.
6. Sirkulasi sekitar 500 cc/jam
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. EGC : Jakarta.
Sadler, TW. 1987. Embriologi Kedokteran Langman Edisi ke-7 terjemahan. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Sastrawinata, Sulaiman1983.Obsetri Fisiologi.Percetakan Penerbitan ELEMAN : Bandung.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Wiknojosastro, Hanifa.2007. Ilmu Kebidanan.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo : Jakarta