Penulis : Iswandi Darwis
Artilel ilmiah ini diajukan dalam rangka pemilihan mahasiswa berprestasi tahun 2008 tingkat universitas
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lampung merupakan daerah yang memiliki potensi sumber daya alam yang sangat beraneka ragam, prospektif, dan dapat diandalkan mulai dari pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, pertambangan, pariwisata, sampai kehutanan (Ekowins, 2008). Pertanian merupakan salah satu bidang yang menjadi andalan provinsi Lampung. Produk bidang pertanian asal Lampung yang kini menjadi komoditas utama bagi pemasukan daerah ini adalah gula yang berasal dari tebu dan kelapa. Saat ini produk kelapa sedang dalam proses pengembangan karena banyak bermanfaat bagi kesehatan.
Salah satu produk kelapa yang banyak digunakan oleh masyarakat adalah minyak kelapa. Minyak kelapa sebagai salah satu sumber lemak nabati. diperoleh dari daging buah kelapa yang didalamnya terkandung minyak 34,7%. Kualitas minyak kelapa sangat dipengaruhi oleh jenis dan kualitas bahan baku serta proses pembuatan (Gani, 2005). Kondisi saat ini minyak kelapa mulai dijauhi masyarakat karena kebanyakan orang awam dan para ahli kimia menganggap minyak kelapa terlalu banyak mengandung asam lemak jenuh yang tidak baik bagi tubuh. Para dokter juga sering menuliskan minyak kelapa sebagai pantangan untuk dikonsumsi dalam resep-resepnya. Bila dikonsumsi berlebihan dapat meningkatkan kadar kolesterol dan menyebabkan sakit jantung (Subroto, 2006).
Dengan semakin terbukanya saluran informasi di berbagai bidang, semakin terkuak juga bahwa minyak kelapa yang selama ini dianggap sumber penyakit ternyata malah sebaliknya. Minyak kelapa memiliki banyak khasiat dan manfaat bagi kehidupan manusia. Dengan pengolahan yang semakin disempurnakan, tanpa melalui proses pemanasan dan fermentasi, didapatlah minyak kelapa murni atau lebih dikenal dengan nama Virgin Coconut Oil (VCO) (Gani, 2005).
VCO mengandung asam laurat (50%), yaitu asam lemak jenuh dengan rantai karbon sedang (Medium Chain Fatty Acid = MCFA) yang mudah diserap oleh tubuh, sehingga dapat langsung masuk dalam metabolisme, menghasilkan energi dan tidak menyebabkan timbunan jaringan lemak. Asam lemak jenuh yaitu asam laurat yang ditemukan dalam minyak kelapa murni dapat berfungsi sebagai antimikroba. Di dalam tubuh manusia asam laurat akan diubah menjadi monogliserida asam laurat yaitu monolaurat/monolaurin, sebuah senyawa monogliserida yang bersifat antivirus, anti bakteri dan antiprotozoa (Bruce, 2005).
Human Imunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Imunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan masalah besar yang mengancam Indonesia dan banyak negara di seluruh dunia. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari HIV/AIDS menyebabkan berbagai krisis secara bersamaan yakni krisis kesehatan, krisis pembangunan negara, krisis ekonomi, krisis pendidikan dan juga krisis kemanusiaan. Sebagai krisis kesehatan, AIDS memerlukan respons dari masyarakat dan memerlukan layanan pengobatan dan perawatan untuk individu yang terinfeksi HIV (Djoerban dan Djauzi, 2006).
Menurut Susiloningsih (2006), dari tahun ke tahun jumlah kasus HIV/AIDS baru memiliki kecenderungan meningkat dengan pesat. Sampai tahun 2005 penderita HIV-AIDS di seluruh dunia telah mencapai kisaran angka 3,6 – 4,53 juta. Disebutkan bahwa setiap 1 menit ada 5 orang terinfeksi HIV. Di Indonesia sampai 30 September 2007 terdapat 5.904 kasus HIV positif dan 10.384 AIDS. Dari jumlah tersebut, sebanyak 2.287 telah meninggal dunia (Dirjen P2M, 2007). Provinsi Lampung sampai pada tahun 2007 terdapat penderita HIV/AIDS sebanyak 130 orang (Depkes, 2007)
HIV/AIDS sampai saat ini belum dapat disembuhkan secara total, namun data selama 8 tahun terakhir menunjukkan bukti yang amat meyakinkan bahwa pengobatan dengan kombinasi beberapa obat anti HIV atau obat anti retroviral (ARV) bermanfaat menurunkan morbiditas dan mortalitas dini akibat infeksi HIV. Orang dengan HIV/AIDS menjadi lebih sehat, dapat bekerja normal dan produktif (Djoerban dan Djauzi, 2006).
Obat ARV terdiri dari beberapa golongan seperti nucleoside reverse transcriptase inhibitor, nucleotide reverse transcriptase inhibitor, nonnucleoside reverse transcriptase inhibitor dan inhibitor protease. Kendala yang ada yakni obat ARV tidak tersedia semuanya di Indonesia. Selain itu pula obat ARV sangat mahal yang menjadikan daya beli masyarakat terhadap obat ARV ini sangat kecil sehingga pengobatan HIV/AIDS belum dapat merambah di kalangan masyarakat menengah ke bawah (Djoerban dan Djauzi, 2006).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dayrit (2006), penderita HIV/AIDS yang diberikan VCO dengan dosis tertentu memberikan efek yang sangat signifikan dalam meningkatkan jumlah sel T Helper CD4 dalam tubuh penderita. Hasil riset lain menunjukkan bahwa asam laurat yang terdapat dalam VCO dapat mematikan HIV pada pembiakan di laboratorium sehingga efektif digunakan untuk pengobatan HIV/AIDS.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah efek anti viral Virgin Coconut Oil (VCO) pada pengobatan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan umum
Mengetahui efek antiviral Virgin Coconut Oil (VCO) pada pengobatan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)
Tujuan khusus
1.Mengetahui kandungan Virgin Coconut Oil (VCO) yang digunakan sebagai antiviral pada pengobatan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)
2.Mengetahui mekanisme aksi kandungan Virgin Coconut Oil (VCO) dalam membunuh virus HIV
3.Mengetahui mekanisme aksi kandungan Virgin Coconut Oil (VCO) dalam meningkatkan imunitas tubuh
D.Manfaat Penulisan
1.Bagi penulis dapat mengembangkan ide kreativitas dalam menulis karya ilmiah dan menambah pengetahuan dibidang pengobatan HIV/AIDS
2.Bagi pembaca dapat mengetahui kandungan Virgin Coconut Oil (VCO) yang dapat digunakan dalam pengobatan AIDS
3.Bagi pemerintah dapat menjadi perhatian dalam rangka mengembangkan ilmu pengobatan khususnya pada AIDS
IV. PEMBAHASAN
A. Kandungan Virgin Coconut Oil (VCO) yang digunakan sebagai antiviral pada pengobatan Aquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)
Virgin Coconut Oil (VCO) secara empiris digunakan sebagai pengobatan berbagai macam penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, fungi dan parasit. Efek pengobatan yang ada pada VCO tersebut bergantung pada kandungan yang ada dalam VCO. Berdasarkan hasil analisa mengenai kandungan VCO maka proporsi kandungan zat yang ada yakni :
Tabel 3 Prosentase kandungan zat yang terdapat pada VCO
Jenis kandungan Prosentase
Asam laurat 49.16%
Asam kaproat 6.09%
Asam kaprat 5.85%
Asam miristat 19.42%
Asam palmitat 9.12%
Asam lemak rantai sedang yang lain 2.36%
Lemak polyunsaturated 2%
Lemak monosaturasi 6%
Kolesterol 0%
Sodium: 0%
Total karbohidrat 0%
Protein 0%
Virgin Coconut Oil (VCO) mengandung hampir 50% asam laurat sehingga khasiat VCO lebih identik dengan khasiat asam laurat yang merupakan komponen kandungan utama. Dari penelitian ilmiah telah terbukti bahwa asam laurat dalam tubuh manusia diubah menjadi monolaurin, sebuah senyawa monoglycerida yang bersifat anti virus, anti bakteri, anti protozoa dan anti fungal yang dengan sifatnya ini dapat menanggulangi serangan virus seperti HIV/AIDS
Salah satu riset yang dilakukan di RS San Lazaro di Filipina, sekitar tahun 2002 - 2003. Rumah Sakit untuk penyakit infeksi di bawah naungan Departement Kesehatan Filipina itu melakukan riset terhadap 15 pasien yang terinfeksi virus HIV. Percobaan dilakukan selam 6 bulan. Pasien yang terdiri dari atas 5 laki-laki dan 10 perempuan berusia 22 - 38 tahun dibagi dalam 3 kelompok perlakuan. Tidak satupun pernah mendapatkan perawatan HIV sebelumnya. Rentang virus yang menjangkiti antara 1960 hingga 10190.000 kecuali pasien yang virusnya tidak terdeteksi (jumlah di bawah 400). Semua pasien hanya mendapatkan perlakuan dengan mono laurin 95% murni sebagai monoterapi.
Kelompok pertama terdiri dari mereka yang diberi 22 gram monolaurin per hari, konsumsinya berbentuk kapsul bervolume 800 mg. Frekuensi pemberian 3 kali sehari masing-masing 9 kapsul. Kelompok ini disebut sebagai mereka yang diberi monolaurin dosis tinggi. Kelompok kedua mendapatkan perlakuan monolaurin dosis rendah. Mereka diminta menelan 3 kapsul setara dengan 2,4 gram sebanyak 3 kali sehari. Sementara kelompok terakhir mengkonsumsi 15 ml minyak kelapa murni sebanyak 3 kali sehari atau 45 ml per hari. Dosis monolaurin pada kelompok ketiga setara dengan dosis kelompok pertama.
Indikator yang diukur antara lain; peningkatan berat badan, jumlah virus dalam darah dan nilai CD4. Setelah 3 bulan diujicoba, dua pasien pada kelompok pertama menurun jumlah virusnya; kelompok ke-2 sebanyak dua orang, kelompok ke-3 sebanyak tiga orang. Namun pada pasien-pasien lain jumlahnya justru meningkat. Sementara pada pasien dengan jumlah virus tak terdeteksi, tidak ada perubahan status. Pada akhir penelitian, kelompok ke-2 yang mengalami penurunan jumlah virus dalam darah menjadi 4 orang. Sementara kelompok pertama dan ketiga masing-masing dua dan tiga orang. Dari jumlah itu penurunan signifikan dialami oleh 2 pasien di kelompok ke-3 dengan asupan minyak kelapa saja dan satu pasien dengan perlakuan monolaurin dosis rendah di kelompok ke-2.
Kasus AIDS nilai CD4 kurang dari 200 berkembang pada dua pasien dari kelompok terapi rendah monolaurin dan 1 pasien terapi minyak kelapa pada bulan ke-3 yang disebut terakhir akhirnya meninggal dunia setelah 2 minggu penelitian berakhir. Namun, salah satu pasien pada kelompok rendah monolaurin sembuh pada bulan ke 6. Hal itu ditunjukan dengan nilai CD4 yang naik dari 141 menjadi 459.
Riset lain yang dilakukan oleh Keep Hole Alive pun membuahkan hasil yang sejalan. Organisasi itu mndokumentasikan beberapa pasien AIDS yang mengkonsumsi 3,5 sendok makan minyak kelapa atau setengah butir kelapa perhari, yang setara dengan 20 - 50 gram asam laurat. Jumlah virus yang menjangkiti mereka turun hingga level tidak terdeteksi.
B. Mekanisme aksi monolaurin dalam membunuh virus HIV
Asam laurat dalam tubuh manusia akan diubah menjadi monolaurin. Monolaurin inilah yang menjadi agen yang dapat membunuh virus HIV. Monolaurin akan memisahkan membran sel HIV dengan cara melemahkan sampai akhirnya membran sel virus terlepas. Dalam kondisi ini, otomatis semakin lama HIV pun akan mati. Berbeda dengan mekanisme obat anti retroviral yang biasa dipakai yakni NRTI Obat ini dikenal sebagai analog nukleosida yang menghambat proses perubahan RNA virus menjadi DNA dan NNRTI yang berbeda dengan NRTI walaupun juga menghambat proses perubahan RNA menjadi DNA. Selain itu pula Protease Inhibitor juga sebagai retroviral yang biasa dipergunakan Obat ini bekerja menghambat enzim protease yang memotong rantai panjang asam amino menjadi protein yang lebih kecil.
Monolaurin yang merupakan lemak rantai sedang membunuh virus HIV dengan berinteraksi pada dinding sel virus HIV yang tersusun dari lemak. Proses interaksi tersebut menyebabkan melemahnya integritas membran sel virus yang terdiri dari lemak sehingga terjadi pemisahan antara membran sel virus dengan materi yang ada di dalam sel virus HIV. Proses pemisahan membran sel menyebabkan virus akan mati karena tidak terlindungi oleh membran yang berfungsi sebagai proteksi virus.
Lemak yang menyusun membran sel virus merupakan lemak rantai panjang, Sedangkan monolaurin merupakan lemak yang berantai sedang. Interaksi antara lemak rantai panjang yang ada di membran sel virus dengan lemak rantai sedang monolaurin akan menyebabkan ketidakpermeabilitasnya membran sel virus karena adanya perubahan komponen penyusun membran sel virus. Hal ini menyebabkan membran terlepas dari kesatuan sel virus yang memungkinkan kematyian pada virus tersebut.
C. Mekanisme aksi monolaurin dalam meningkatkan imunitas tubuh
Monolaurin selain secara langsung membunuh virus HIV dengan berinteraksi dengan membran sel, juga dapat meningkatkan jumlah sel T helper CD4. Dengan meningkatnya kadar sel T helper CD4 dalam tubuh kita maka sistem imunitas tubuh juga akan meningkat. Imunitas tubuh yang meningkat dijadikan sebagai modal dasar dalam proses penyembuhan penyakit yang disebabkan oleh infeksi oportunistik akibat terinfeksi HIV. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Enigh (2007), peningkatan jumlah CD4 terjadi sangat signifikan pada penderita HIV/AIDS yang diberikan VCO pada dosis tertentu. Hal ini memperkuat pernyataan adanya efek peningkatan imunitas pada pemberian VCO pada pasien HIV/AIDS.
Monolaurin menstimulasi pembentukan sel T helper di dalam jaringan limfoid sehingga apabila sel T helper terstimulasi pembentukannya maka akan secara simultan pembentukan antibodi-antibodi dalam tubuh penderita HIV/AIDS akan meningkat. Hal ini menyebabkan respon imunitas akan meningkat pula karena sel T helper berfungsi sebagai penghasil sitokin penstimulasi respon imunitas humoral pembentukan antibodi dalam tubuh. Berikut gambar mekanisme aksi monolaurin dalam meningkatkan imunitas tubuh
V. SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
1.Asam laurat merupakan kandungan utama dari Virgin Coconut Oil (VCO) sebanyak 50% yang merupakan zat yang dapat bersifat sebagai antiviral dalam pengobatan Acquired Imunodeficiency Syndrome (AIDS)
2.Asam laurat dalam tubuh manusia akan diubah menjadi monolaurin yang bersifat antiviral dengan cara berinteraksi dengan membran sel virus. Proses interaksi tersebut menyebabkan melemahnya integritas membran sel virus yang terdiri dari lemak sehingga terjadi pemisahan antara membran sel virus dan menyebabkan virus akan mati karena tidak terlindungi oleh membran yang berfungsi sebagai bahan proteksi virus.
3.Monolaurin akan menstimulus pembentukan sel T helper CD4 pada organ limfoid sehingga akan meningkatkan respon imunitas dengan pembentukan antibodi dalam tubuh
B. Rekomendasi
1.Kepada masyarakat agar dapat menggunakan VCO sebagai obat untuk pengobatan HIV/AIDS
2.Bagi pemerintah agar dapat membudidayakan tanaman kelapa dan dijadikan komoditas pembuatan obat HIV/AIDS di samping pengobatan menggunakan obat-obat kovensional yakni Anti Retro Viral
3.Perlu dilanjutkannya penelitian agar menggali manfaat lain dari VCO karena banyak zat kandungan yang dapat dipergunakan sebagai obat penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, jamur dan parasit
DAFTAR PUSTAKA
Almudazir. 2007. VCO Penyembuh HIV/AIDS. http://www.google.com.Diakses tanggal 25 Mei 2008
Anonim. 2005. Lawan HIV/AIDS dengan minyak VCO. http://www.carasehat.com. Diakses tanggal 24 Mei 2008
Anonim. 2005. Monolaurin pada Kelapa untuk Obati HIV. http://www.kapanlagi.com. Daiakses tanggal 24 Mei 2008
Badudu, J S. 2003. Kamus Kata-KAta Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia. Kompas. Jakarta. 377 halaman.
Brooks, Geo F., dkk. 2001. Mikrobiologi Kedokteran. EGC. Jakarta. Halaman 595 – 606.
Bruce, F. 2005. Coconut Oil Miracle. Bhuana Ilmu Populer. Jakarta Hal 15 – 30.
Darmoyuwono, W. 2006. Gaya hidup sehat dengan Virgin Coconut Oil. Indeks. Jakarta Hal 41 – 70.
Dayrit, Conrado S. 2000. Coconut Oil in Health and disease : Its and Monolaurins Potential as Cure for HIV/AIDS. http://www.medicaljournal.com. Diakses tanggal 26 Mei 2008
Depkes. 2007. Profil Kesehatn Lampung. http://www.depkes.com. Diakses tanggal 24 Mei 2008
Djoerban, Zubairi., Djauzi, Samsuridja. 2006. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Pusat Penerbitan IPD FKUI. Jakarta. Halaman 1803 – 1807
Enig, Mary.2005. AIDS/HIV and Coconut Oil. http://www.coconut-oil.com. Diakses tanggal 24 Mei 2008
Fife, Bruce. 2001. HIV/AIDS and Virgin Coconut Oil. http://www.lauric.org. Diakses tanggal 24 Mei 2008
Gallo, Robert C., fauci, Anthoby S. 1995. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam.EGC. Jakarta. Halaman 911 – 918
Gani. 2005. Mengenal lebih dekat minyak kelapa murni. Raja Grafindo. Jakarta
Hal 10 – 30.
Gani, Ahmad. 2005. VCO Komoditas Rakyat.http://www.beritakita.com. Diakses tanggal 23 Mei 2008
Katzung, Betram G. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 8 Jilid III. Salemba Medika. Jakarta. Halaman 760 – 766
Mycek, Mary J dkk. 1995. Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 2.Widya Medika. Jakarta. Halaman 373-376
Nur A.A.S. 2005. VCO Minyak Penakluk Aneka Penyakit. Agromedia Pustaka. Yakarta Hal 10 – 35.
Padaga, Masdiana.2008. VCO Manfaat Ditinjau dari Aspek Kesehatan.http://www.koranphdi.com. Diakses tanggal 25 Mei 2008
Palmoil. 2007. Virgin Coconut Oil sembuhkan HIV AIDS. http://www.blogster.com. diakses tanggal 25 Mei 2008
Riwayat. 2008. Pengidap HIV/AIDS di Lampung Meningkat Dua Kali Lipat. http://www.maxoz.com. Dsiakses tanggal 24 Mei 2008
Subroto, A. 2006. VCO Dosis Tepat Taklukan Penyakit. Penebar Swadaya. Jakarta Hal 60-64.
Susiloningsih, Agus. 2006. AIDS : Aspek Klinis, Permasalahan dan Harapan. http://www.fkuii.ac.id. Diakses tanggal 25 Mei 2008
Sutarmi. 2006. Taklukan Penyakit dengan VCO Virgin Coconut Oil. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 6 – 23.
0 comments:
Post a Comment