LAPORAN KASUS : PENATALAKSANAAN ANESTESI UMUM PASIEN HIPERVOLEMIK DAN OEDEMA PARU PADA PREEKLAMSIA BERAT DENGAN IMPENDING EKLAMPSIA

Nama : Ny. W

Umur : 36 tahun

Jenis kelamin : perempuan

Agama : Islam

Alamat : Tanjung Karang Bandar Lampung.

Tanggal masuk RSAM : 12 Agustus 2009, pukul 09.30 WIB

Tanggal operasi : 13 Agustus 2009, pukul 10.00 WIB

II. ANAMNESIS

Autoanamnesis ( 28 Mei 2005 )

Keluhan utama : Hamil 32 Minggu dengan tekanan darah tinggi

Keluhan tambahan : Seluruh tubuh bengkak-bengkak

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan Hamil 32 minggu dengan tekanan darah tinggi. Selain itu pula seluruh tubuh pasien bengkak-bengkak. Karena keluhan ini pasien berobat ke bidan dan dikatakan pasien menderita sakit darah tinggi kehamilan, dengan tekanan darah 170 / 110 mmHg, kemudian oleh bidan pasien dirujuk ke RSAM.. pasien mengaku hamil saat ini merupakan kehamilan yang kedua.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak mempunyai penyakit darah tinggi dan penyakit gula darah tinggi

Riwayat Alergi Obat

Tidak ada

Riwayat Minum Obat Penenang

Tidak ada

Riwayat Operasi

Riwayat operasi sectio secaria sembilan tahun yang lalu atas indikasi panggul sempit


Resume penatalaksanaan pasien di ruang VK

12 Agustus 2009 Pukul 19.30

S : Hamil muda dengan tekanan darah tinggi

O :

Status Present

KU : TSS

Kesadaran : Kompos mentis

TD : 210 / 110

Nadi : 88 x / menit

T : 36, 5

RR : 20 x / menit

Status generalis

Edema ekstermitas superior et inferior (+/+)

Status obstetri

Tinggi fundus uteri pertengahan pusat dan processus xipoideus (28 cm), memanjang, floating, his (-), DJJ 148 x/mnt, taksiran berat janin 2600 gram.

Vagina Toucher : Portio lunak, posterior, pembukaan kuncup, kepala H I, penunjuk dan ketuban belum dapat dinilai.

Indeks gestosis

Edema : 2

Proteinuria : 1

TDS : 2

TDD : 2+

7

A : G3P2A0 hamil 32 minggu dengan Preeklampsia Berat dan riwayat SC 1 x belum inpartu JTH Preskep

P :

Rencana konservatif

Observasi TVI, His, DJJ

Cateter menetap catat Intake – Output

Evaluasi sesuai satgas gestosis

Cek DR, UR, KM, cross match

Rencana konsul penyakit dalam, mata dan neurologi

11 Agustus 2009 Pukul 01.30

S : hamil muda dengan tekanan darah tinggi disertai dengan pandangan mata kabur dan nyeri perut,

O :

Status Present

KU : TSS

Kesadaran : Kompos mentis

TD : 190 / 100

Nadi : 88 x / menit

T : 36, 5

RR : 20 x / menit

Status generalis

Edema ekstermitas superior et inferior (+/+)

Status obstetri

Tinggi fundus uteri pertengahan pusat dan processus xipoideus (28 cm), memanjang, floating, his (-), DJJ 148 x/mnt, taksiran berat janin 2600 gram.

Vagina Toucher : Portio lunak, posterior, pembukaan kuncup, kepala H I, penunjuk dan ketuban belum dapat dinilai.

Indeks gestosis

Edema : 2

Proteinuria : 1

TDS : 2

TDD : 1+

6

A :

G3P2A0 hamil 32 minggu dengan Preeklampsia Berat impending eklampsia dan riwayat SC 1 x belum inpartu JTH Preskep

P :

Rencana terminasi kehamilan

Observasi TVI, His, DJJ

Cateter menetap catat Intake – Output

Injeksi 4 gr MgSO4 40% IV bolus pelan dilanjutkan dengan 6 gr MgSO4 40% dalam RL 500 cc gtt XXV / menit

Nefedipin 3 x 10 mg

Stabilisasi 2 – 4 jam

Rencana induksi setelah stabilisasi

Evaluasi sesuai satgas gestosis

11 Agustus 2009 pukul 05.30

S : hamil muda dengan tekanan darah tinggi disertai dengan pandangan mata kabur dan nyeri perut

O :

Status Present

KU : TSS

Kesadaran : Kompos mentis

TD : 190 / 110

Nadi : 90 x / menit

T : 36, 2

RR : 26 x / menit

Status generalis

Edema ekstermitas superior et inferior (+/+)

Status obstetri

Tinggi fundus uteri pertengahan pusat dan processus xipoideus (28 cm), memanjang, floating, his (-), DJJ 148 x/mnt, taksiran berat janin 2600 gram.

Vagina Toucher : Portio lunak, posterior, pembukaan kuncup, kepala H I, penunjuk dan ketuban belum dapat dinilai.

Indeks gestosis

Edema : 2

Proteinuria : 1

TDS : 2

TDD : 2+

7

A :

G3P2A0 hamil 32 minggu dengan Preeklampsia Berat impending eklampsia dan riwayat SC 1 x belum inpartu JTH Preskep

P :

Observasi TVI, His, DJJ

Cateter menetap catat Intake – Output

IVFD RL 500 cc + 6 gr MgSO4 40% dalam gtt XXV / menit

Iuduksi dengan oksitosin 5 IU definitif

Nefedipin 3 x 10 mg

Evaluasi sesuai satgas gestosis

11 Agustus 2009 pukul 09.30

S : hamil muda dengan tekanan darah tinggi disertai dengan pandangan mata kabur dan nyeri perut serta sesak nafas

O :

Status Present

KU : TSS

Kesadaran : Kompos mentis

TD : 190 / 110

Nadi : 90 x / menit

T : 36, 2

RR : 20 x / menit

Status generalis

Edema ekstermitas superior et inferior (+/+)

Paru : Ronki +/+

Status obstetri

Tinggi fundus uteri pertengahan pusat dan processus xipoideus (28 cm), memanjang, floating, his (-), DJJ 148 x/mnt, taksiran berat janin 2600 gram.

Vagina Toucher : Portio lunak, posterior, pembukaan kuncup, kepala H I, penunjuk dan ketuban belum dapat dinilai.

Indeks gestosis

Edema : 2

Proteinuria : 1

TDS : 2

TDD : 2+

7

A :

G3P2A0 hamil 32 minggu dengan Preeklampsia Berat Impending eklampsia dan riwayat SC 1 x belum inpartu JTH Preskep

P :

Terminasi perabdominam

Persiapan surat izin operasi, alat

Hubungi OK cito

SURVEY PRIMER

Air Way

Kesadaran : Compos mentis

Jalan nafas : Bebas

Lihat, dengar rasakan : terdapat nafas

Gerak otot-otot nafas tambahan : tidak ada

Breathing

Frekuensi pernafasan : 20x/menit

Suara nafas : vesikuler

Suara nafas tambahan : Ronki (+/+)

Nafas cuping hidung : (-)

Circulation

Tekanan Darah : 180 / 110 mmHg

Nadi : 92x/menit

Capillary refill : <>

Akral : hangat

Jantung Auskultasi : Bunyi jantung I - II reguler murni, murmur (-), gallop (-)

Disability

GCS : 15

Pandangan mata kabur : +

SURVEY SEKUNDER

Status Generalis

Kepala

Bentuk : Bulat simetris

Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut

Mata : Palpebra oedem +/+, konjungtiva ananemis, sklera anikterik, lensa jernih, pupil isokor, reflek cahaya (+/+),

Telinga : Tidak ada kelainan

Hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung, septum tidak deviasi,

sekret (-), mukosa tidak hiperemis

Mulut : Bibir tidak kering, bibir sianosis (-), lidah kotor(-),

faring tidak hiperemis

Leher : Tidak ada kelainan

Thoraks

Paru

v Inspeksi : Bentuk dada normal, pergerakan nafas kanan kiri simetris

v Palpasi : Fremitus taktil simetris kanan kiri

v Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

v Auskultasi : Vesikuler seluruh lapang paru, wheezing (-/-) ronkhi (+/+)

Jantung

v Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

v Palpasi : Iktus kordis tidak teraba

v Perkusi : Batas atas : sela iga III parasternal kiri

Batas kanan : sela iga V parasternal kanan

Batas kiri : sela iga VI midklavikula kiri

v Auskultasi : Bunyi jantung I - II reguler murni, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Status Lokalis

Genitalia eksterna

v Kelamin : Wanita, perdarahan pervaginam (-)

Ekstremitas

v Superior : Oedem (+/+), sianosis (-)

v Inferior : Oedem (+/+), sianosis (-)

Status lokalis (Obstetri)

Palpasi : Tinggi fundus uteri pertengahan pusat dan processus xipoideus (28 cm), memanjang, floating, his (-), DJJ 148 x/mnt, taksiran berat janin 2600 gram.

Vagina Toucher : Portio lunak, posterior, pembukaan kuncup, kepala H I, penunjuk dan ketuban belum dapat dinilai.

LABORATORIUM

Darah lengkap

Hemoglobin : 12,3 g/dl

Leukosit : 21.200

Diff count : 0 / 0 / 1 / 75 / 18 / 6

Eritrosit : 4.240.000 juta / ul

Trombosit : 176.000

Masa perdarahn : 4 menit

Masa pembekuan : 12 menit

Kimia darah

GDS : 77 mg / dl

U / C : 30 / 1,9

Urin lengkap

Warna : kuning tua, keruh

pH : 5

protein : 100 mg / dl

glukosa : 0

bilirubin : 3 mg / dl

urobilinogen : normal

nitrit : -

keton : 0

darah : 0

berat jenis : 1.030

leukosit : 0

sedimen

- leukosit : 2

- eritrosit : 1

- silinder : -

- epitel : +

- kristal : -

Diagnosis pre operasi

G3P2A0 hamil 32 minggu dengan Preeklampsia Berat impending eklampsia + oedema paru dan riwayat SC 1 x belum inpartu JTH Preskep

Rencana Operasi

Sectio Caesaria

Kesan

Status Fisik ASA III

Jenis Anestesi

Anestesi umum

Teknik Anestesi

Oksigenisasi, induksi Anestesi Intravena dilanjutkan dengan intubasi endotracheal tube no. 7 dan dipasang guedel.

Persiapan Operasi

- Surat izin operasi

- Tidak puasa 6-8 jam sebelum operasi

- Tidak memakai perhiasan / kosmetik

- Tidak memakai gigi palsu

- Memakai baju khusus kamar bedah

Pemeriksaan Fisik dikamar Operasi

Tekanan darah : 200 / 110 mmHg

Nadi : 100 x/mnt

Respirasi : 20 x/mnt

Suhu : 37 °C

Premedikasi

Ulceranin 50 mg

Induksi

Propofol 120 mg

Relaksasi otot

Atracrium 35 mg

Succinil cholin 80 mg

Medikasi

Dexametason

Oksitosin 20 mg

Maintenance

O2 3 liter/ menit

N2O 3 liter/ menit

Isofluran 1 Vol %

Nafas terkendali

Tekhnik anestesi

1. Setelah alat disiapkan dan pasien posisi terlentang, dipasang infus RL 1 jalur.

2. Diberikan premedikasi ulceranin 50 mg intravena.

3. Sungkup muka dipasang dengan pemberian oksigen 100% sebesar 3 liter/ menit selama 5 menit.

4. Setelah ± 5 menit, diberikan obat pelumpuh otot Atracrium 25 mg, dan mulai dilakukan induksi dengan propofol 120 mg (IV), lalu Succcinyl cholin 80 mg.

5. Intubasi dengan endotracheal tube no.7,5 dengan cuff dan guedel terpasang.

6. Dengan stetoskop, periksa bunyi nafas (bunyi nafas paru kanan harus sama dengan paaru kiri), saturasi O2 95%.

7. N2O diperkecil, O2 dinaikkan dan isofluran 1 Vol % ± 10 menit kemudian TD OS menjadi 190/110 mmHg

8. Setelah diyakini anestesi berhasil dan aman untuk dilakukan operasi, operasi di mulai dengan Insisi (SC).

9. Kontrol TD, nadi dan respirasi setiap 5 menit.

10. Sekitar 30 menit kemudian bayi lahir lalu diberi oksitosin 20 mg/ drip.

11. Pada lapangan operasi terjadi perdarahan.

12. 20 menit kemudian TD menjadi 190/110 mmHg.

13. TD tidak stabil, saat operasi selesai TD 140/90 mmHg.

14. Setelah operasi selesai dilakukan pengisapan lendir, ekstubasi setelah nafas spontan, kemudian isofluran dan N2O dimatikan diberi O2 6 liter/ menit sampai diyakini jalan nafas bebas

15. OS diberi analgetik Tramadol IV.

16. Pasien diobservasi di ICU

Lama operasi

1 jam 20 menit

Penatalaksanaan

Pemberian oksigen 3 liter //menit

Maintenence anastesi

B1 (Breathing)

Suara nafas vesikuler, nafas terkontrol,

B2 (Bleeding)

Perdarahan + 500 cc

B3 (Brain)

Pupil Isokor

B4 (Bladder)

Kateter terpasang, urin 250 cc

B5 (Bowel)

BU (-)

B6 (Bone)

Intak


R E S U M E

Pasien, wanita, 36 thn, datang dengan keluhan hamil dengan tekanan darah tinggi. Pasien mengaku tidak memiliki riwayat hipertensi pada saat tidak hamil sebelumnya.

D/ pre op : G3P2A0 hamil 32 minggu dengan Preeklampsia Berat impending eklampsia + oedema paru dan riwayat SC 1 x belum inpartu JTH Preskep

Rencana operasi : SC

Kesan : Status fisik ASA III

Jenis anestesi : General anestesi

Tekhnik anestesi : Oksigenisasi, Endotracheal tube no. 7 dengan cuff , guedel, dan nafas terkendali

Pemeriksaan fisik di kamar operasi

TD : 200 / 110 mmHg

N : 100x/mnt

RR : 20 x/mnt

S : 37 °C

Premedikasi : Ulceranin 50 mg

Induksi : Propofol 120 mg i.v

Relaksasi Otot : Atracurium 35 mg, Succinil choline 80 mg

Medikasi : Deksametason, Oksitosin

Maintenance

- O2 3 liter / menit

- N2O 3 liter / menit

- Isofluran 1 Vol %

- Nafas terkendali

Lama operasi : 1 jam 20 menit

D I S K U S I

Pada pasien ini di diagnosis Pre Eklampsia Berat setelah dilakukan anamnesa, dan pemeriksaan fisik di RSAM.

Persiapan Operasi pada pasien ini :

Tidak berpuasa 6-8jam, yang merupakan Kontra Indikasi untuk dilakukan tindakan anestesi.

Persiapan Pre Anestesi :

Pemeriksaan fisik didapatkan TD 220 /120 mmHg, nadi 100 x/mnt, respirasi 20 x/mnt, suhu 37°C. pasien dilakukan Anestesi Umum dengan Propofol 120 mg yang sebelumnya diberikan premedikasi Ulceranin 50 mg.

Apakah teknik anastesi pada kasus ini sudah tepat ?

Tehnik anestesi yang dipilih adalah anestesi umum dengan endotracheal tube karena diperkirakan operasi akan berlangsung lebih dari 60 menit dan agar lebih mudah mengontrol pernafasan, diberikan muscle relaxan karena obat ini sangat membantu dalam pelaksanaan anestesi umum dan mengurangi cidera tindakan Laringoscopy dan intubasi tracheal, terutama Succinil cholin 80 mg IV serta pelumpuh otot jangka panjang berupa atracrium 35 mg IV untuk mencegah nafas spontan dan merelaxasikan otot dalam waktu yang lebih lama.

Bagaimana penatalaksanaan anastesi umum pada pasien yang tidak puasa?

Pasien ini mendapatkan premedikasi yaitu Ulceranin yang berisi Ranitidin ( gol. Antagonis Reseptor H2 ) yang bermanfaat untuk mengurangi produksi asam lambung pada pasien ini. Obat-obat anastesi memiliki efek muntah sehinga memungkinkan akan terjadi regurgitasi dan aspirasi. Oleh karena itu pemberian ranitidin akan mengurangi resiko terjadinya reguritasi dan aspirasi.

Mengapa induksi anastesi menggunakan propofol pada pasien ini ?

Induksi dilakukan dengan menggunakan Propofol yang merupakan golongan Nonbarbiturat, yang memiliki efek pada CVS. Propofol menurunkan TD dikarenakan efek simpatolitik atau vagotonik dan diikuti perubahan pada Cardiac Output atau Resistensi Vascular Sistemik. Dalam perjalanan operasi, dapat komplikasi berupa edema paru akut akibat aspirasi cairan lambung ke dalam paru yang disebabkan isi lambung penuh. Pada dasarnya aspirasi lebih mudah terjadi pada pasien obstetric karena faktor yang tidak menguntungkan, hal ini karena terdapat penurunan tonus sfinkter tonus gastroesofageal, pengosongan lebih lambat dan tekanan lambung pada saat tertentu lebih tingg. Pada pasien ini selama operasi berlangsung kurva tekanan darah tidak stabil (naik –turun ). Operasi berlangsung selama 1 jam 20 menit, setelah operasi selesai Isofluran dan N2O dihentikan dan diberikan O2 100% 6-8 liter/menit untuk mencegah hipoksia difusi. Setelah nafas spontan pasien dibawa ke ruang ICU untuk diobservasi.

Bagaimana terapi cairan pada pasien ini ?

Diberikan cairan lewat kanula vena pada tangan kanan berupa cairan kristaloid ( RL ) sebanyak 1500 ml

Perhitungan cairan yang diberikan :

Cairan keluar

Perdarahan (tabung suction + duk + kassa) ± 30 cc x 3-4 cc : ± 500 cc

Insessible loss (1,5 – 2 cc/kgBB/jam) : ± 150 cc

Urin : ± 250 cc

Kebutuhan pemeliharaan selama operasi 6 cc/kgBB/jam : ± 540 cc

Total ± 1440 cc

Cairan yang masuk selama operasi

Kristaloid 1500 cc

Selisih cairan keluar dan masuk

1500 cc –1440 cc = 60 cc (balance +)

Kesan : cairan yang diberikan pada pasien ini sesuai kebutuhan.

Kebutuhan cairan pasca operatif

Diberikan berdasarkan perhitungan jumlah urin dan insensible loss. Bila kondisi sudah memungkinkan per oral, cairan diberikan sesuai kemauan pasien. Bila belum bisa, cairan diberikan parenteral.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Kristanto; Analgesia Regional d.8alam Anestesiologi, Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI, Jakarta, 1989, hal.123-128
  2. Snow, Jhon.C; Spinal Anesthesia in Manual of Anesthesia, Medical Sciences International Ltd, Japan, 1982, page 125-143.
  3. Suntoro, Adji; Terapi Cairan Perioperatif dalam Anestesiologi, Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI, Jakarta, 1989, hal7-92

0 comments:

Post a Comment